Senin, Oktober 7


Los Angeles

Dua pelancong wanita mengklaim gagal terbang dan diusir dari pesawat Spirit Airlines. Mereka memakai atasan crop top.

Melansir Daily Mail, Senin (7/10/2024), Teresa dan Tara mengatakan bahwa mereka tengah berada di pesawat dari Los Angeles ke New Orleans, Amerika Serikat pada Jumat (4/10).

Mereka naik ke pesawat dengan mengenakan celana dan sweater namun dengan atasan yang cukup terbuka. Satu menggunakan crop top, serta satunya menggunakan tank top crop top. Mereka melepaskan sweater untuk menyejukkan diri, namun ada pramugari yang menyuruh mereka untuk menutupi tubuh mereka.


Tak terima begitu saja, mereka meminta pramugari untuk menjelaskan aturan berpakaian yang telah mereka langgar. Kemudian situasi pun memanas dan mereka dikeluarkan dari pesawat tanpa pengembalian uang.

“Sungguh memalukan karena harus dikawal dan diperlakukan seperti penjahat hanya karena kami mengenakan crop top. Itu adalah pengalaman yang tidak manusiawi. Kami menyia-nyiakan waktu kami, waktu orang lain, uang kami, dan harga diri kami,” kata Tiara.

Teresa adalah influencer perjalanan dengan 40 ribu pengikut. Mereka tengah menuju ke New Orleans untuk merayakan ulang tahun Tara.

Sebelum menaiki pesawat, mereka pun sempat merekam video dan menunjukkan pakaian mereka. Teresa terlihat mengenakan celana jeans sobek-sobek, atasan crop top berwarna putih, serta sweater bergaris warna hijau. Sementara Tara mengenakan celana bergaris, atasan crop top putih, serta jaket resleting berwarna biru tua.

“Di dalam pesawat sangat hangat, lembab, dan panas karena tidak ada pendingin udara atau apapun, jadi kami melepaskan sweater kami dan seorang pramugari pria menghampiri kami dan berkata, ‘Kalian harus memakai sweater kalian sekarang juga’,” kata Tara.

“Kami berdua agak kaget, dan sedikit menutup diri dengan sweater karena gugup dan tidak tahu apa yang sedang terjadi. Kami berkeringat karena cuaca sangat panas, jadi kami membuka lengan sweater kami, tetapi kami menutupi perut dan belahan dada kami dengan sweater tersebut karena rupanya hal itu sangat menyinggung perasaannya,” lanjutnya.

Menurutnya, pramugari tersebut kembali menegur mereka dan situasinya menjadi semakin memanas saat mereka menanyakan kebijakan aturan berpakaian. Lantas pramugari itu pun memanggil atasannya.

“Kami diantar keluar oleh salah satu supervisor karena dia mengatakan bahwa dia akan menelepon polisi atau kami dapat memilih untuk pergi bersamanya dan dia akan memesan ulang penerbangan kami,” kata Tara.

“Mereka menggunakan taktik intimidasi dan kekuasaan terhadap kami. Kami tidak pernah berada dalam situasi hukum yang mendapat masalah, jadi kami seperti ‘ya Tuhan, apa yang harus kami lakukan’,” keluhnya.

Ia pun mengalah lantaran tidak ingin menimbulkan keributan dan masalah lebih lanjut. Namun, ia mengklaim dipaksa untuk mengeluarkan biaya tambahan sebesar USD 1.000 atau sekitar Rp 15,7 juta untuk mendapatkan penerbangan dengan maskapai lain.

“Kami bahkan tidak menikmati perjalanan kami karena begitu banyak energi mental kami yang dihabiskan untuk hal ini. Ini seperti ketika Anda mengalami kecelakaan mobil, Anda terluka, Anda mengalami trauma mental,” ujar dia.

Mereka menjelaskan bahwa terdapat penumpang lain yang menggunakan crop top di pesawat tersebut, tetapi hanya mereka berdua yang dibawa keluar.

Teresa dan Tara mengatakan bahwa mereka telah menghubungi pihak Spirit mengenai insiden tersebut dan belum mendapatkan tanggapan. Mereka juga memeriksa aturan berpakaian perusahaan dan tidak menemukan hal yang mereka langgar.

“Kami menghubungi bagian dukungan Spirit dan mereka bahkan mengatakan bahwa tidak ada yang melarang atasan crop top dalam aturan berpakaian mereka. Ini tidak termasuk dalam kategori cabul atau apa pun atau semacamnya,” kata Tara.

(wkn/wsw)

Membagikan
Exit mobile version