
Jakarta –
Kementerian Pertahanan Amerika Serikat memberikan kontrak layanan peluncuran senilai USD 13,7 miliar ke SpaceX milik Elon Musk, United Launch Alliance (ULA), dan Blue Origin milik Jeff Bezos.
Dikutip detikINET dari Space News, Selasa (8/4/2025) ini menandai pertama kalinya tiga perusahaan akan berbagi tanggung jawab untuk meluncurkan muatan militer dan intelijen prioritas tinggi AS ke luar angkasa.
Kontrak tersebut, diumumkan 4 April 2025 oleh US Space Force Space Systems Command, merupakan bagian pengadaan National Security Space Launch (NSSL) Fase 3 Jalur 2, sebuah inisiatif yang dirancang untuk mendukung akses Pentagon ke luar angkasa untuk misi paling sensitif dan berisiko.
SpaceX muncul sebagai kontraktor terpercaya, mengamankan USD 5,9 miliar, diikuti ULA dengan hampir USD 5,4 miliar dan Blue Origin dengan hampir USD 2,4 miliar. Ketiga perusahaan diharapkan secara kolektif melakukan 54 peluncuran berdasarkan perjanjian itu antara tahun fiskal 2025 dan 2029.
“Ini adalah investasi strategis dalam akses ke luar angkasa. Arsitektur peluncuran luar angkasa yang kuat dan tangguh merupakan fondasi bagi kemakmuran ekonomi dan keamanan nasional kita,” kata Jenderal Chance Saltzman, Chief of Space Operations for the U.S. Space Force.
Dari 54 misi yang diproyeksikan, SpaceX diharapkan akan melaksanakan 28 misi atau sekitar 60%, sementara ULA akan melaksanakan 19 misi atau sekitar 35%. Blue Origin, yang baru menerbangkan roket New Glenn satu kali dan belum disertifikasi, dijadwalkan menggelar tujuh peluncuran mulai tahun kedua program itu.
Masuknya Blue Origin menandai perubahan penting dalam strategi Pentagon, yang meningkatkan persaingan di antara perusahaan peluncuran roket AS. SpaceX sendiri telah mendominasi sejak kontrak Fase 2 diberikan pada tahun 2020.
Ini menandai pertama kalinya pemerintah menunjuk tiga penyedia peluncuran utama. Blue Origin dipilih sebagai penyedia terbaik ketiga meskipun New Glenn belum disertifikasi untuk misi keamanan nasional. Pejabat Angkatan Luar Angkasa mengisyaratkan keyakinan dalam pengembangan roket tersebut.
Sedangkan ULA, perusahaan patungan antara Boeing dan Lockheed Martin, baru-baru ini mencapai tonggak penting dengan sertifikasi roket Vulcan yang telah lama tertunda pada tanggal 26 Maret 2025 kemarin.
(fyk/fay)