Jakarta –
PT Toyota Astra Motor (TAM) memastikan, penjualan mobil di Indonesia tahun ini mustahil tembus 1 juta unit. Mereka berharap, dengan pergerakkan pasar seperti sekarang, angkanya akan finis di 900 ribuan unit.
Direktur Pemasaran PT TAM, Anton Jimmi Suwandi memprediksi, pasar roda empat di Indonesia akan kembali pulih tahun depan. Ketika itu, kata dia, mencapai 1 juta unit setahun bukan perkara sulit.
“Tahun ini belum bisa (menjual 1 juta unit mobil setahun), kita harapkan mungkin tahun depan. Saya rasa realistis saja lah ya,” ujar Anton Jimmi saat ditemui di Cikini, Jakarta Pusat, belum lama ini.
Toyota Fortuner baru. Foto: Septian Farhan Nurhuda / detikOto
|
Menurut Anton, penjualan mobil di Indonesia selama Juli dan Agustus memang tak mengalami penurunan, namun masih cenderung stagnan dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Dia berhitung, dengan kondisi sekarang, penjualan roda empat di dalam negeri maksimal mencapai 900 ribu unit.
“Kita lihat penjualan sampai Juli, kemudian Agustus meskipun tidak turun tapi masih stabil. Kita lihat market Agustus dan bulan sebelumnya agak mirip. Hitung hitungan kita kayaknya agak sulit mencapai 1 juta, ya harapannya mencapai 900 ribu lah,” ungkapnya.
Menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil secara wholesales (distribusi dari pabrik ke dealer) sepanjang Januari sampai dengan Juni 2024 tercatat hanya 408.012 unit.
Capaian sepanjang Januari-Juni tersebut minus 19,4 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai 506.427 unit.
|
Produksi mobil di Tanah Air pun ikutan anjlok. Pada semester satu 2024, produksi mobil di Indonesia hanya 561.772 unit, turun 20 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada periode sama tahun 2023, produksi mobil mencapai 702.144 unit.
Pada pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show atau GIIAS 2024, Toyota mengaku sudah melakukan berbagai cara untuk meningkatkan penjualan mobil yang melemah. Mulai dari program kredit mudah hingga menghadirkan produk-produk baru.
Mereka ketika itu mengaku tetap butuh ‘bantuan’ pemerintah berupa pengadaan program insentif seperti zaman pandemi. Namun, permintaan tersebut tak dikabulkan hingga sekarang.
(sfn/dry)