Minggu, Juli 7

Jakarta

Meninggalnya Zhang Zhi Jie (17 tahun) akibat henti jantung saat bertanding di ajang Badminton Asia Junior Championships di Yogyakarta, Indonesia, masih menjadi perbincangan publik. Di tengah ucapan duka yang mengalir deras, banyak juga yang heran mengapa atlet muda dan bugar seperti Zhang bisa mengalami henti jantung.

Selain Zhang, tahun lalu, Bronny James, putra bintang NBA LeBron James yang berusia 18 tahun, juga pernah pingsan akibat henti jantung saat berlatih di University of South California.

Bronny selamat dari kejadian itu dan melanjutkan karirnya di dunia basket setelah pulih. Meski demikian, hal tersebut membawa perhatian baru terhadap penyebab utama kematian terkait olahraga di kalangan atlet muda. Inilah penjelasannya secara ilmiah.


Dikutip dari University Hospital, henti jantung mendadak pada atlet muda jarang terjadi. Diperkirakan 1 dari 40.000 hingga 1 dari 80.000 atlet muda meninggal akibat henti jantung mendadak setiap tahun.

Menurut Ivan Cakulev, MD, seorang ahli elektrofisiologi jantung di University Hospitals Harrington Heart & Vascular Institute, hal ini sering terjadi tanpa peringatan. Sebagian besar kasus serangan jantung mendadak pada atlet muda disebabkan oleh kondisi jantung yang mendasarinya yang bersifat genetik dan tidak dikenali.

“Atlet yang lebih muda dapat menjalani pemeriksaan medis, tetapi tidak ada jaminan bahwa pemeriksaan tersebut dapat memprediksi risiko serangan jantung mendadak,” kata Dr Cakulev.

Apa itu Henti Jantung Mendadak?

Sudden cardiac arrest atau henti jantung mendadak adalah malfungsi elektrik yang menyebabkan jantung berhenti tiba-tiba. Henti jantung mendadak berbeda dengan serangan jantung, yang merupakan masalah peredaran darah yang disebabkan oleh penyumbatan arteri.

Henti jantung mendadak menyebabkan orang tersebut kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas. Henti jantung mendadak sering disebut kematian jantung mendadak karena banyak pasien yang tidak dapat bertahan hidup. Respons cepat dengan CPR dan terutama dengan defibrilator eksternal otomatis sangat penting untuk memulihkan irama jantung.

Apa penyebabnya?

Sejumlah kondisi dapat meningkatkan risiko serangan jantung mendadak pada atlet muda:

  • Kelainan genetik yang disebut kardiomiopati hipertrofik (penebalan otot jantung) merupakan penyebab paling umum
  • Kondisi bawaan atau bawaan pada jantung atau pembuluh darah yang dapat mengurangi aliran darah atau memengaruhi impuls listrik jantung. Evaluasi lanjutan terhadap Bronny James contohnya, menunjukkan bahwa cacat jantung bawaan kemungkinan besar menyebabkan serangan jantung yang dialaminya
  • Pukulan ke dada yang terjadi pada titik tertentu dalam siklus detak jantung dapat menyebabkan jantung berhenti, suatu kondisi yang disebut commotio cordis.

Siapa yang Berisiko?

Atlet pria memiliki risiko lebih tinggi daripada atlet wanita dan atlet kulit hitam memiliki risiko lebih tinggi daripada atlet dari kelompok ras lain. Kondisi ini juga lebih umum terjadi pada bola basket dan sepak bola daripada olahraga lainnya.

Apakah Ada Tanda-tanda Peringatan?

Seringkali tidak ada tanda-tanda peringatan, tetapi terkadang atlet mungkin mengalami gejala selama aktivitas fisik seperti:

  • Pusing
  • Sesak napas
  • Nyeri dada
  • Pingsan yang tidak diketahui penyebabnya.

Bagaimana Mengidentifikasi Atlet yang Berisiko?

Pemeriksaan medis pra-partisipasi (pre-participation medical exam) yang menyeluruh sangat penting, kata Robert Flannery, MD, dari University Hospitals Drusinsky Sports Medicine Institute.

“Pemeriksaan pra-partisipasi yang baik akan mencakup pertanyaan tentang riwayat pribadi dan keluarga, sesak napas, merasa lebih lelah daripada rekan-rekannya karena latihan yang sama, dan detak jantung yang tidak teratur atau cepat,” kata Dr. Flannery.

Riwayat keluarga yang mengalami serangan jantung mendadak juga meningkatkan kemungkinan atlet muda mengalami masalah jantung yang sama. American Heart Association dan American College of Cardiology merekomendasikan daftar periksa berisi 14 item yang mencakup kesehatan pribadi, riwayat keluarga, dan gejala potensial selama berolahraga.

Elektrokardiogram dapat mendeteksi beberapa masalah jantung yang dapat membahayakan seorang atlet, tetapi elektrokardiogram bukanlah prediktor yang baik untuk serangan jantung mendadak dan tidak direkomendasikan sebagai pemeriksaan rutin.

(rns/fay)

Membagikan
Exit mobile version