Senin, Februari 24


Bogor

Kawasan Curug Nangka yang berada di Bogor beberapa waktu lalu sempat ramai karena harga tiketnya yang dianggap begitu mahal, sekitar Rp 54.900 per orang.

Harga tersebut sontak menjadi viral di media sosial yang banyak yang mempertanyakan mengapa bisa semahal itu. Dikutip dari detiknews, Sabtu (22/2/2025) Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Bogor, Yudi Santosa, mengatakan harga tersebut sudah disepakati oleh pengelola.

“Harga tiket pada lokasi kawasan wisata di bawa pengelolaan KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan), Perhutani, BKSDA (Badan Konservasi Sumber Daya Alam), TNGP (Taman Nasional Gunung Pangrango), dan TNGHS (Taman Nasional Gunung Halimun Salak), seluruhnya ada kenaikan PNPB sejak November 2024. Pemberitahuannya disampaikan kepada kami,” ujar Yudi.


Penasaran dan sekaligus memisahkan diri sejenak dari hiruk-pikuk perkotaan, detikTravel berkunjung ke area tersebut pada Sabtu (22/2). Dengan harga tiket masuk saat berkunjung detikTravel mengeluarkan kocek sekitar Rp 145 ribu untuk tiga orang plus satu mobil.

Jadi kira-kira biaya masuk untuk satu orangnya kurang lebih Rp 43 ribu, dengan rincian asuransi dan PNPB. Untungnya setelah membayar cukup mahal itu tak ada lagi pungutan lainnya di dalam kawasan.


Pengunjung yang berdatangan ke curug pun relatif tak begitu ramai, salah satu pengunjung yang datang adalah Salamiah. Ia sudah sejak lama berkunjung ke kawasan ini, bahkan sejak zaman ia kuliah. Kini dirinya berusia sekitar 50 tahun.

Ia mengatakan sudah banyak yang berubah di kawasan wisata ini. Menyoal harga tiket yang terbilang mahal, baginya angka tersebut tak masalah karena banyak yang jadi lebih baik dan terlebih demi menjaga alam.

“Kalau menurut saya asal dia jaga alam kayak gini kita no problem, ini kaya gini dia bagusin jalannya ya no problem. Asal jangan ada sampah-sampah di sini, jangan ada pungutan-pungutan liar lagi,” ujarnya yang ceria itu.

Area pedagang di kawasan Curug Nangka. (Muhammad Lugas Pribady/detikcom)

Ia pun sempat menceritakan pengalamannya kala itu yang masih terdapat banyak pungutan liar di area tersebut.

“Kalau dulu kita ‘oke bayar’, (tapi) sini bayar, ke sini bayar. Itu dulu tahun 2024 saya lihat, tapi saya pribadi lewat aja,” sambung Salamiah.

Sehingga dengan tarif yang ditentukan saat itu baginya hal itu sangat sepadan dengan kualitas kawasan yang sangat terjaga dan tentunya itu sebagai upaya untuk menjaga alam. Pengunjung lainnya, Pringgo yang datang mengantar teman-teman luar kotanya berlibur pun mengatakan hal.

“Kalau saya kaget secara karena bawa teman kan jadi agak nggak enak sama teman bawa ke destinasi, harganya mahal gitu kan. Tapi kalau saya sendiri sih, wajar sih dengan biaya segitu ya,” ungkapnya yang sedang duduk di atas batu.

Baginya dengan harga yang dipatok Rp 43 ribu per orang itu tak menjadi masalah, karena pengelola pun butuh biaya untuk menjaga ekosistem di kawasan tersebut. Belum lagi Pringgo juga sudah sering berkunjung ke Curug Nangka ini.

“Karena pengelolaan juga kan, ya butuh biaya juga karena ini kan bukan tarikan liar ya, jadi memang dari Balai Taman Nasional Halimun Salak. Jadi saya-saya dukung sih, karena semakin kurang pengunjung dalam artian ya alamnya akan seimbang gitu kan,” katanya.

Kendati pengunjung memberikan kesan positif dengan harga yang diberlakukan, tak sepositif yang dirasakan para pedagang di sana. Salah satu pedagang (tak ingin disebutkan namanya) mengatakan dengan harga tersebut pengunjung yang datang pun berkurang.

Kala ditanya apakah begitu berpengaruh dengan harga tersebut, pedagang itu pun menyatakan bahwa sangat berpengaruh jelas.

“Iya semenjak itu,” singkatnya.

(upd/wsw)

Membagikan
Exit mobile version