Minggu, Oktober 6

Jakarta

Pada beberapa orang, infeksi COVID-19 bisa memicu kondisi langka. Salah satunya dialami oleh seorang dokter di North Carolina, Amerika Serikat bernama Dr William Dugal.

Di musim gugur 2022, Dr Dugal yang saat itu berusia 32 tahun, positif COVID-19 dengan gejala tak biasa. Alih-alih batuk, dia justru mengalami gejala awal mati rasa di kaki sampai kesulitan berjalan.

Saat memeriksakan diri di rumah sakit setempat, dia didiagnosis mengidap komplikasi COVID-19 yang disebut sindrom Guillan-Barre. Penyakit ini dapat menyebabkan kelemahan otot hingga kelumpuhan total. Pada Dr Dugal, COVID-19 bahkan membuatnya nyaris lumpuh total.


“Saya bahkan tidak bisa menggerakkan mata dan berkedip. Dan saat hal itu terjadi, saya tidak bisa mengungkapkan rasa takut dan ketidakpastian yang saya alami,” kata Dr Dugal kepada TODAY.

“Terkadang pengetahuan medis adalah hal yang baik dan buruk karena Anda sangat menyadari tingkat keparahan penyakit Anda,” sambungnya.

Seorang ahli saraf kemudian melakukan pemeriksaan tulang belakang, yang membantu dokter dengan cepat mendiagnosis Dr Dugal dengan sindrom Guillain-Barre, suatu kondisi langka di mana sistem kekebalan menyerang lapisan di sekitar saraf (myelin), sehingga menyebabkan kerusakan saraf.

Dalam kasus ringan, sindrom Guillain-Barre hanya menyebabkan kelemahan otot. Pada kondisi yang lebih parah, penyakit ini akan berkembang menjadi kelumpuhan total, dan pasien memerlukan ventilasi untuk bernapas.

“Sayangnya, gejala saya semakin parah selama sebulan di rumah sakit dan komplikasi demi komplikasi terus terjadi,” katanya.

Kebanyakan orang sembuh total atau hanya mengalami gejala ringan, seperti mati rasa atau kesemutan setelahnya. Namun pemulihannya bisa memakan waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Bagi orang yang kehilangan kemampuan berjalan, biasanya penyakit ini kembali muncul dalam waktu enam bulan.

Nyaris Tewas

Setelah menerima diagnosis di rumah sakit, Dr Dugal merasa “sangat sadar” betapa seriusnya sindrom Guillain-Barre yang dideritanya. Lambat laun dia mengalami begitu banyak kelemahan otot-ototnya sehingga dia tidak dapat berbicara lagi.

Dia ingat mencoba memusatkan otot-ototnya agar bisa bernapas sendiri. Dokter memasang ventilator untuk membantu pernapasannya. Saat itu, Dugal khawatir dirinya tidak akan pernah pulih.

“Saya berdamai bahwa saya kemungkinan besar akan mati,” kenangnya.

Membagikan
Exit mobile version