
Jakarta –
Penemuan benteng tertua di dunia menjadi salah satu temuan yang mengubah cara pandang terhadap peradaban kuno. Benteng ini menggambarkan cara generasi terdahulu hidup dan melindungi diri.
Dengan teknologi modern, para arkeolog berhasil mengungkap jejak sejarah. Simak penjelasan tentang benteng tertua yang ditemukan para arkeolog ini.
Penemuan Benteng Tertua di Dunia
Para arkeolog menemukan situs benteng tertua di dunia di wilayah terpencil Siberia. Mengutip Newsweek, situs Siberia yang dikenal sebagai Amnya tersebut dianggap sebagai benteng zaman batu paling utara di Eurasia.
Permukiman dengan benteng sejarah itu merupakan salah satu dari beberapa permukiman di wilayah tersebut. Di sana terdapat pagar kayu, tepi sungai, dan parit. Secara umum, para peneliti mengasumsikan hal ini terlalu maju untuk dibangun oleh para pemburu dan pengumpul makanan. Amnya secara umum diyakini berasal dari zaman batu, namun tidak dianggap berusia lebih dari 6.000 tahun.
Sementara itu, pada studi terbaru dalam jurnal Antiquity, bagian paling awal dari Amnya kemungkinan dibangun sekitar 8.000 tahun lalu. Tepatnya pada saat orang di wilayah tersebut masih bergantung pada berburu, meramu, dan memancing.
Benteng Serupa dengan Bangunan di Eropa
Penemuan ini menunjukkan bahwa para pemburu dan pengumpul di taiga Siberia Barat membangun struktur pertahanan yang kompleks di sekitar pemukiman mereka sejak lama. Hal tersebut menantang pemahaman kita tentang manusia yang hidup di zaman dahulu. Pemukiman berbenteng ini sudah dibangun berabad-abad sebelum bangunan serupa pertama kali muncul di Eropa.
“Hal ini menantang kepercayaan konvensional bahwa hanya masyarakat pertanian yang membangun struktur monumental seperti itu, sehingga mengubah alur waktu tentang kemampuan arsitektur canggih dalam manusia,” kata Tanja Schreiber, seorang arkeolog dari Institut Arkeologi Prasejarah di Freie Universität dan salah satu penulis studi tersebut.
Menurut para peneliti, pembangunan benteng oleh kelompok pemburu dan pengumpul makanan sudah diamati secara sporadis di tempat lain di berbagai wilayah dunia, terutama pesisir sejak prasejarah akhir. Namun, kemunculan fenomena di pedalaman Siberia Barat ini dianggap tidak tertandingi.
Masyarakat Menjalani Gaya Hidup yang Canggih
Pada tahun 2019, para arkeolog melakukan kerja lapangan di situs Amnya. Mereka mengonfirmasi usia prasejarah situs tersebut dan menjadikannya sebagai benteng tertua yang diketahui di dunia.
Temuan mereka mengungkapkan bahwa penduduk prasejarah Siberia Barat menjalani gaya hidup yang canggih. Mereka memanfaatkan sumber daya lingkungan Taiga yang melimpah.
Tampaknya, mereka menangkap ikan dari Sungai Amnya dan memburu hewan seperti rusa dan rusa kutub dengan tombak berujung tulang dan batu. Menurut peneliti, mereka bahkan membuat tembikar dengan hiasan yang rumit untuk mengawetkan minyak ikan dan daging berlebih.
Kelimpahan sumber daya alam di Taiga, yang mencakup migrasi ikan tahunan dan kawanan hewan, kemungkinan berperan dalam pembangunan pemukiman berbenteng tersebut. Permukiman yang menghadap ke sungai mungkin berfungsi sebagai lokasi strategis untuk mengendalikan dan mengeksploitasi tempat-tempat penangkapan ikan yang produktif.
Persaingan untuk mendapat sumber daya antara para pemburu dan pengumpul di daerah tersebut, mendorong masyarakat prasejarah untuk melindungi pemukimannya. Para peneliti juga mencatat permukiman ini beberapa kali mengalami kerusakan, akibat kebakaran yang diduga berkaitan dengan konflik dan kekerasan.
(elk/row)