Selasa, Oktober 1


Jakarta

Para ahli iklim temukan fakta baru bahwa penerbangan yang lebih lambat dapat mengurangi emisi penerbangan di seluruh dunia.

Para peneliti dari University of Cambridge merilis temuan itu dalam laporan yang berjudul ‘Five Years to Chart a new Future for Aviation’. Laporan itu menguraikan empat langkah yang dapat ditindaklanjuti dan harus diselesaikan pada tahun 2030 untuk memangkas emisi dan mencapai titik nol emisi pada tahun 2050.

Empat hal itu termasuk menghilangkan awan yang terbentuk dari pesawat, pemerintah dan industri yang berkolaborasi dalam kebijakan baru, produksi bahan bakar yang berkelanjutan dan listrik yang dapat diperbaharui, serta program teknologi baru.


Peneliti menemukan fakta baru bahwa jika pesawat terbang 15 persen lebih lambat, maka dapat mengurangi pembakaran bahan bakar sebesar lima hingga tujuh persen. Dalam penerbangan dari London ke New York yang biasanya memakan waktu sekitar tujuh jam, diperlukan waktu sekitar 50 menit lebih lama untuk mengurangi emisi tersebut.

Kendati temuan itu bisa saja merevolusi iklim penerbangan modern, tetapi ada beberapa kelemahan dan membuat perubahan susah dilakukan.

“Salah satu kelemahan dari pengurangan kecepatan adalah potensi dampak negatif terhadap produktivitas maskapai penerbangan dan penerimaan penumpang, terutama untuk penerbangan yang lebih lama,” tulis laporan tersebut.

Selain itu, tugas rumit lainnya adalah pesawat mesti didesain ulang agar dapat terbang dengan kecepatan yang lebih lambat.

Namun, laporan juga mengadvokasi langkah-langkah lain untuk mengimbangi peningkatan waktu terbang dengan peningkatan pengaturan bandara dan pengurangan waktu tunggu.

“Penerbangan berada di momen yang sangat penting, sama seperti industri otomotif di akhir tahun 2000-an,” kata direktur Whittle Laboratory, Rob Miller, dalam sebuah pernyataan.

“Saat itu, diskusi berpusat pada bahan bakar nabati sebagai pengganti bensin dan diesel – hingga Tesla merevolusi masa depan dengan kendaraan listrik. Rencana lima tahun kami dirancang untuk mempercepat titik keputusan ini dalam dunia penerbangan, dan menempatkannya di jalur yang tepat untuk mencapai titik nol pada tahun 2050,” sambungnya.

Berbicara kepada The Times, Miller mengatakan bahwa alasan mengapa langkah-langkah itu belum diimplementasikan adalah karena dibutuhkan proses perubahan secara keseluruhan.

“Maskapai penerbangan tidak dapat melakukannya sendiri, begitu juga dengan produsen atau bandara. Bukannya tidak ada yang tidak mau, hanya saja kompleksitas sistem membuatnya sangat sulit untuk dilakukan,” tambahnya.

(wkn/wkn)

Membagikan
Exit mobile version