
Jakarta –
Setelah tiga bulan ditutup, aktivitas pendakian ke puncak Gunung Rinjani kembali dibuka oleh Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Tercatat, sebanyak 700 lebih pendaki mendaki lewat berbagai jalur, seperti Aik Berik, Timbanuh, Sembalun, Torean, dan Tete Batu.
“Hari ini full pendakian. Antusias pendaki luar biasa,” kata Kepala Balai TNGR Yarman, Kamis (3/5/2025).
Menurut Yarman, jalur pendakian di Torean Kecamatan Bayan, Lombok Utara, dipadati oleh pendaki domestik maupun internasional. Hal serupa terlihat dari jalur pendakian Sembalun, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur.
Yarman menyebut jalur Torean dan Sembalun menjadi jalur pendakian terfavorit. Ia menjelaskan mayoritas pendaki Gunung Rinjai juga kerap singgah ke Segara Anak dan Pelawangan.
“Banyak yang ke danu Segara Anak melalui jalur Torean dan ke puncak Gunung Rinjani,” Yarman menambahkan.
Saat ini, Balai TNGR menerapkan program bebas sampah untuk aktivitas pendaikan di Gunung Rinjani. Para pendaki juga diminta untuk membawa bekal minuman dengan kemasan non plastik agar bisa digunakan kembali.
“Jadi nanti pas pendakian itu tidak ada sampah plastik yang dibawa. Konsep ini dapat membantu mengurangi sampah dan melestarikan lingkungan,” ujar Yarman.
Balai TNGR mencatat jumlah sampah yang dihasilkan dari aktivitas pendakian di Gunung Rinjani mencapai 40,8 ton pada 2024. Sampah yang dihasilkan didominasi sampah anorganik berupa plastik, kaleng, botol kaca, botol plastik dan kertas atau tisu.
“Banyak sampah yang dibuang begitu saja. Kalau organik kan bisa terurai, sedangkan yang anorganik tidak bisa terurai sehingga menumpuk dan berserakan di jalur,” kata dia.
Balai TNGR juga mencatat sebanyak 202 pendaki yang masuk dalam daftar hitam (blacklist) karena tidak mematuhi standar prosedur operasional terkait pengelolaan sampah selama pendakian. Sebagian besar yang masuk daftar hitam itu merupakan pendaki asal Nusa Tenggara Barat (NTB).
Artikel ini telah tayang di detikbali,
(sym/fem)