Senin, September 30


Jakarta

Operasi pencarian dan penyelamatan sedang berlangsung untuk pendaki asal Singapura. Pria itu hilang di wilayah Gunung Everest.

Mengutip The Straits Times, Minggu (29/9/2024), menurut sebuah postingan yang beredar di dunia maya, Harry Tan (76), hilang di dekat Kongma La Pass di Nepal. Lokasinya terletak di sebelah selatan Everest Base Camp.

Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Singapura mengatakan bahwa mereka telah melakukan kontak dengan keluarga pria yang hilang tersebut dan pihak berwenang di Nepal, melalui Komisi Tinggi Singapura di New Delhi.


“Operasi pencarian dan penyelamatan sedang berlangsung,” kata juru bicara tersebut. Ia menambahkan bahwa MFA akan terus memantau perkembangan dan memberikan dukungan konsuler kepada keluarga korban.

Menurut situs web trekking, Kongma La Pass merupakan sebuah rute trekking yang menantang di dataran tinggi. Destinasi menawarkan pemandangan Gunung Everest dan merupakan bagian dari Three Passes Trek yang membutuhkan waktu sekitar dua hingga tiga minggu untuk menyelesaikannya.

Raj Tamang (58), pendiri Responsible Adventures, sebuah perusahaan trekking yang berbasis di Kathmandu, Nepal, mengatakan bahwa ia baru mengetahui kejadian itu pada tanggal 26 September. Sebuah hal kurang baik telah menimpa Tan.

Tamang, seorang warga Nepal yang dibesarkan di Singapura, mengatakan bahwa ia mengenal Tan pada tahun 2015 melalui tur golf di Nepal yang ia bantu selenggarakan untuk sekelompok pemain golf dari Seletar Golf Club.

Pada tahun 2019, pasangan ini melakukan pendakian ke Everest Base Camp, di mana Tan sempat bermain golf dan melakukan pukulan dari ketinggian lebih dari 5.000 MDPL.

“Harry adalah orang yang sangat bugar. Dia merawat dirinya sendiri dengan sangat baik, misalnya dengan makan makanan vegan yang tepat. Dia adalah pendengar yang baik dan mau belajar,” katanya.

Dia menambahkan bahwa sebelum Tan mulai berlatih untuk beradaptasi dengan kondisi Gunung Everest, dia tidak tahan dengan hawa dingin. Namun, ia melatih dirinya sendiri untuk terbiasa dengan hal tersebut.

“Ketika kami berada di titik tertinggi di 5.180 MDPL, di situlah dia mengatakan bahwa dia tidur paling nyenyak. Padahal seharusnya dia merasa paling kedinginan dan paling tidak nyaman. Begitulah cara dia menyesuaikan diri,” katanya berbicara tentang pendakian mereka di tahun 2019.

“Saya berharap dapat melakukan pendakian saat berusia 80-an dan Harry adalah salah satu inspirasi bagi saya,” imbuh dia.

Pada bulan Mei 2023, seorang pria Singapura berusia 39 tahun hilang setelah mencapai puncak Gunung Everest. Setelah mencapai puncak, ia memberi tahu istrinya melalui pesan dari telepon satelit bahwa ia telah turun dengan edema serebral, jenis penyakit ketinggian yang parah.

Dia tidak berhasil turun gunung dan tim pencarian juga penyelamatan tidak dapat menemukannya.

(msl/fem)

Membagikan
Exit mobile version