Sabtu, Juni 29


Jakarta

Pusat Data Nasional (PDN) terkena gangguan akibat serangan siber ransomware berujung permintaan tebusan senilai 8 juta dolar AS. Pemerintah tak akan memenuhi permintaan tebusan itu.

“Nggak, nggak, nggak akan. Tidak akan,” tegas Meteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi, dilansir Antara, Selasa (25/6/2024).

Budi mengatakan saat ini pusat layanan publik sudah bisa diatasi. Serangan virus ransomware tersebut tengah dievaluasi.


“Kita evaluasi, BSSN sedang forensik,” kata dia.

Dia menekankan serangan bukan dilakukan terhadap PDN, melainkan terhadap PDNS 2 alias Pusat Data Nasional Sementara. Budi Arie meyakini pemerintah akan terus menjaga data-data masyarakat.

“Supaya teman-teman media jangan salah, ini bukan PDN tapi PDNS 2 yang ada di Surabaya. Bukan Pusat Data Nasional, ini PDNS 2, karena sedang dibangun PDN-nya maka kita gunakan yang sementara di Surabaya,” kata dia.

Sebelumnya, Ketua BSSN Hinsa Siburian serangan siber tersebut terjadi di Pusat Data Nasional Sementara yang lokasinya ada di Surabaya, Jawa Timur.

“Perlu kami sampaikan insiden Pusat Data Sementara inilah dalam bentuk ransomware dengan nama Brain Cipher. Ransomware ini adalah pengembangan terbaru dari Ransomware LockBit 3.0,” ujar Hinsa, Senin (24/6).

Dibalik serangan itu, ternyata ada permintaan uang tebusan. Uang tebusan yang diminta sebesar USD 8 juta.

“Menurut tim, (uang tebusan) 8 juta dolar,” ujar Budi Arie di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (24/6).

(isa/dnu)

Membagikan
Exit mobile version