Rabu, Oktober 2


Jakarta

PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) merespons keinginan pemerintah tentang merakit lokal mobil jenis double cabin. Pasar double cabin di Indonesia terbilang kecil dari total penjualan nasional, realistiskah?

Division Head Of Business Strategy Division IAMI, Attias Asril mengatakan kalau sekadar memproduksi double cabin dari Thailand ke Indonesia tanpa bantuan insentif terbilang sulit.

“Pasti harus ada kompensasi atau insentif mendukung kalau apa adanya kayak sekarang nggak ada apapun, ‘pindahin pabriknya’, ya mungkin berat,” kata Attias Asril di Jakarta Selatan, Jumat (22/3/2024).


Attias menambahkan mobil double cabin punya pasarnya tersendiri. Isuzu saat ini menjual double cabin berpenggerak 4×4, peminatnya datang dari industri tambang.

Di sisi lain penjualan pick up double cabin di Thailand selayaknya mobil sejuta umat di Indonesia. Tiap bulan bisa tembus puluhan ribu unit.

Bagaimana di Indonesia? berdasarkan data retail penjualan double cabin selama 2023 lalu, penjualan double cabin 4×4 tembus 25.072 unit. Terdiri atas Toyota Hilux 16.976 unit, Mitsubishi Triton 7.106 unit, dan Isuzu D-Max 990 unit. Ini penjualan selama satu tahun.

Attias menambahkan mampukah pemerintah menjamin penjualan double cabin seperti di Thailand?

“Gambarannya gini, market seberapa besar, (misal) 1.000, pemain di situ berapa, dalam setahun itu berapa, masing-masing kalau dibagi rata,” kata Attias Asril.

“Kalau buat dipindahin, dengan cuma segitu kira-kira harganya akan jadi mahal atau tidak. Mahal kan,” jelas dia.

“Supaya terjangkau gimana, harus ada apa? kembalilah hitung-hitungannya,” sambungnya lagi.

Pemerintah ingin produksi double cabin pindah ke Indonesia

Diberitakan detikcom sebelumnya Menteri Perindustrian Agus Gumiwang, pasar double cabin Indonesia bisa lebih berkembang. Caranya bisa melakukan modifikasi paket kebijakan untuk menggairahkan pasar double cabin.

“Catatan dari Kemenperin untuk prinsipal, yang aneh prinsipal menjadikan Thailand sebagai basis produksi untuk kendaraan double cabin. Alasannya, permintaan double cabin di Thailand lebih tinggi,” katanya.

“Harus dipelajari kembali. Pindahkan produksi double cabin ke Indonesia, karena pasti dua, tiga atau 10 tahun ke depan (pasarnya) lebih menjanjikan dari Thailand dan policy bisa kita rumuskan,” kata dia.

Simak Video “Truk Bantuan Memasuki Gaza Malam Hari
[Gambas:Video 20detik]
(riar/din)

Membagikan
Exit mobile version