Sabtu, Oktober 5


Jakarta

Dua mobil mewah, Ferrari dan Mercedes-Benz CLS 350 terlibat kecelakaan di Jalan Wolter Monginsidi, Jakarta Selatan. Polisi menyebut penyebab kecelakaan itu karena pengemudi Ferrari diduga kurang konsentrasi.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi mengatakan peristiwa tabrakan terjadi pada Kamis (4/7/2024), pukul 01.10 WIB. Mulanya mobil Ferrari yang dikemudikan oleh pria berinisial MSI melaju dari arah timur menuju barat.
Sesampai di lokasi, Ferrari tersebut menabrak Mercy yang dikemudikan S, yang melaju searah di depannya.

“Sesampainya di depan sebuah bank karena kurangnya hati-hati dan konsentrasi maka kendaraan Ferrari ini menabrak kendaraan Mercy yang juga melaju di arah yang sama dari arah timur ke arah barat,” kata Ade Ary kepada wartawan, dikutip dari detikNews.


Ade mengatakan kedua belah pihak akan membuat kesepakatan damai secara tertulis. Polisi menyebut kasus tersebut diselesaikan dengan musyawarah.

“Ini dua mobil dari arah yang sama sehingga kedua mobil mengalami kerusakan. Berdasarkan informasi dari Kasat Lantas Jaksel, telah disepakati mereka untuk menempuh musyawarah secara damai,” ujar dia.

Kepolisian juga mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dalam berkendara.

“Kami mengimbau agar pengemudi atau pengguna jalan hati-hati. Ini kejadian dini hari ya. Kalau kita berkendara itu, jika lalai, jika tidak patuh pada aturan, tidak patuh pada rambu-rambu di jalan, itu bisa mengakibatkan kecelakaan yang bisa merugikan diri sendiri atau orang lain,” tuturnya.

Kecelakaan melibatkan mobil Ferrari dan Mercy di Jalan Wolter Monginsidi, Jaksel. Foto: Kecelakaan melibatkan mobil Ferrari dan Mercy di Jalan Wolter Monginsidi, Jaksel. (dok. Istimewa)

Pelajaran dari kecelakaan Ferrari vs Mercy di Jakarta Selatan. Perlu diketahui, cara mengemudikan mobil supercar itu berbeda dengan mobil lain.

“Karakter supercar itu berbeda dengan kendaraan lain, dan nuansa membawa supercar itu berbeda dari melihat, mendengar, itu degup jantung luar biasa.” kata Pendiri dan instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu.

“Ada faktor psikis, baunya, dentuman suara knalpot ini akan memunculkan hormon endorfin, begitu kita di dalam sensasi yang namanya adrenalin naik. Ketika endorfin dibarengi adrenalin, maka logika sudah tidak main.” jelasnya.

Kecelakaan melibatkan mobil Ferrari dan Mercy di Jalan Wolter Monginsidi, Jaksel. Foto: Kecelakaan melibatkan mobil Ferrari dan Mercy di Jalan Wolter Monginsidi, Jaksel. (dok. Istimewa)

Pengemudi supercar harus mengenal karakter mobil sebelum turun ke jalan. Jusri mengatakan bekal dasar yang harus dimiliki pengemudi supercar ada tiga hal yakni mengetahui semburan tenaga, pengereman, dan performa handling.

“Dari nama saja supercar kita sudah mengidentikkan dengan power yang buas. Kalau power buas ini akan agresif dan sensitif lalai dalam pengoperasiannya.”

“Mobil-mobil ini handling-nya beda dengan mobil biasa, input kita sedikit, output-nya besar. Tapi konyol, mobil-mobil ini tidak selincah mobil-mobil biasa saat kita u-turn, steering input sedikit saja butuh beberapa kali putaran. Artinya kita tidak bisa fleksibel.”

“Karakter ini betul-betul dipahami, karena salah memberikan input dia akan out,” jelas dia.

Pengemudi juga harus memiliki soft skill, hal ini bisa diartikan kemampuan membaca potensi bahaya, mengukur jarak, menjaga kecepatan, mengatur jadwal istirahat selama perjalanan, dan lainnya.

“Harusnya kita sudah bisa menyimpulkan, kecelakaan di supercar bukan soal di masalah technical, bukan kendaraan yang super,” kata dia.

“Lebih banyak terkait soft skill, melahirkan pola pikir kehati-hatian. Perilaku waspada, tertib, empati,” sambungnya lagi.

(riar/dry)

Membagikan
Exit mobile version