Selasa, November 12


Jakarta

Pemandangan berbeda bisa kamu temukan saat di Desa Benelan Kidul, Banyuwangi. Di sepanjang jalannya dipenuhi ‘tanaman hias’ berupa kangkung. Ada juga kebun gizi yang ditumbuhi tomat, cabai, hingga terung.

Prevalensi stunting di Banyuwangi saat ini berada di angka 21,9% berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI 2023). Sementara target pemerintah secara nasional adalah 14% pada akhir 2024.

Beberapa upaya pun dilakukan demi mengurangi dan mencegah stunting pada anak. Salah satunya digagas oleh AQUA Banyuwangi yang menginisiasi program Komunitas Isi Piringku bersama Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.


Program ini berlangsung di sekitar area operasional pabrik, tepatnya di Desa Benelan Kidul dan Desa Alasmalang Kecamatan Singojuruh. Harapannya warga bisa semakin sadar akan pentingnya pencegahan stunting dengan pendekatan Pola Makan, Pola Asuh, dan Sanitasi.

Desa Benelan Kidul, Banyuwangi menjadi sasaran program atasi stunting. Foto: detikfood

Tim Jelajah Gizi 2024 melihat pemandangan asri Desa Benelan Kidul yang ditumbuhi tanaman kangkung di sepanjang sisi kanan dan kiri jalannya. Lalu ada area kebun gizi dan kolam ikan yang merupakan wujud program fasilitas dan pendampingan dari kader Puskesmas setempat.

Kebun gizi diisi dengan tanaman-tanaman sayuran yang hasilnya bisa dirasakan langsung oleh warga sekitar ketika siap dipanen. Mulai dari cabai, terung, hingga tomat.

Kepada media (6/11/2024), Ruvy Rizka dari Puskesmas Singojuruh mengatakan stunting masih jadi isu sangat penting di desa ini. Para ibu banyak yang belum tahu soal pentingnya mencukupi kebutuhan gizi anak.

“Masih ada ibu menyuapi anak dengan sayur bening tanpa tambahan bahan apapun karena alasan anak tidak suka, padahal balita harus dicoba 15 kali karena dia harus adaptasi dengan rasa. Baru dicoba sekali, kebanyakan ibu sudah menyerah,” kata Ruvy.

Harapannya, lewat upaya edukasi, fasilitasi, dan pendampingan kader, maka ibu-ibu di desa dapat menyediakan masakan enak dan bergizi untuk anak-anaknya. Angka stunting pun diharapkan pada akhirnya bisa menurun.

Aneka olahan makanan enak dan bergizi dari ibu-ibu di Desa Benelan Kidul. Foto: detikfood

Salah satu wujud nyatanya adalah edukasi kepada para ibu untuk membuat masakan bergizi yang menarik tampilan dan rasanya. Misalnya bola-bola nasi mirip kroket yang diisi ikan dan bayam. Menu menarik selera ini dilengkapi saus homemade berbahan tomat.

Mereka juga diajarkan mengolah nasi jadi mirip sushi atau kimbap Korea. Rasanya enak dan gizinya lengkap karena terdiri dari nori (rumput laut), bayam, dan suwiran ikan.

Tak kalah menarik, inovasi para ibu di Desa Benelan Banyuwangi adalah membuat puding bayam yang dicampur susu fortifikasi Iron-C atau zat besi dan vitamin C. Anak-anak pun jadi bisa mengasup sayuran dan buah lewat konsumsi puding enak.

“Puding ini bisa jadi solusi untuk anak susah makan buah dan sayur. Bayamnya dimasak sedemikian rupa agar tidak bau langu,” kata Ruvy.

Program ini tercatat sudah diterima oleh 60 kader, lebih dari 500 ibu, 900 santri & pelajar, 150 balita, dan 2,000 masyarakat.

(adr/odi)

Membagikan
Exit mobile version