Minggu, Oktober 6


Jakarta

Bekerja menjadi pekerja kantoran tak selalu menjanjikan dan nyaman dijalani. Seorang pria nekat untuk lebih memilih membantu menyelamatkan restoran legendaris.

Menjalani profesi sebagai pekerja kantoran sekilas tampak nyaman dan menjanjikan. Gaji bulanan yang tetap hingga bonus tambahan mungkin tampak menggiurkan.

Tetapi bagi mereka yang menjalaninya belum tentu pekerjaan tersebut dirasa cukup menjanjikan atau nyaman dijalani. Banyak kisah di mana para pekerja kantoran memiliki untuk alih profesi pada bidang yang tidak terduga.


Begitu pula dengan seorang pria yang memilih melepaskan pekerjaannya demi membantu orang tuanya. Ialah Iszahar Tambunan yang dilaporkan oleh Business Insider (2/10) nekat meninggalkan pekerjaannya sebagai seorang broker kapal.

Baca juga: Suka Ngopi? Ayo Gabung di Komunitas ‘Ngopi Yuk!’

Sebuah restoran bergaya Melayu ini sempat terancam keberlanjutannya. Foto: Business Insider

Iszhar kini lebih fokus untuk mengembangkan tempat makan bernama Sabar Menanti yang dirintis oleh kakek dan neneknya. Restoran yang telah buka sejak 1920an tersebut bergaya Melayu dengan menu andalan nasi Padang racikan neneknya.

Kedai ini termasuk salah satu yang populer dengan julukan ‘Nasi Padang Batu Nisan’. Alasannya gegara gerai tersebut berada di deretan toko batu nisan.

Iszahar mengatakan bahwa bisnis yang dirintis oleh kakek dan neneknya tersebut bahkan bermula dari gerobakan, jauh sebelum memiliki bangunan restoran. Tetapi semenjak kakek dan neneknya meninggal pada 1980an, ibu dan beberapa saudaranya langsung mengambil alih.

“Aku telah terlalu bersantai untuk menjalan bisnis ini sejak lama karena merasa terlalu nyaman dan terlena dengan pekerjaanku sebelumnya,” kata Iszahar.

Baca juga: Diluar Ekspektasi! 10 Pesanan Kue yang Jauh dari Harapan Pelanggan

Ada mantan broker kapal yang nekat alih profesi demi selamatkan bisnis keluarganya. Foto: Business Insider

Walaupun telah menjalani profesi sebagai seorang broker kapal selama 15 tahun, mendapatkan gaji tetap, hingga dapat berlibur ke mana-mana, ia tetap merasa meninggalkan tanggung jawab. Sehingga sejak 2022 Iszahar mulai belajar mengelola bisnis keluarganya dan memutuskan terjun langsung secara aktif.

Selain itu kesehatan ibunya yang kerap menurun juga menjadi perhatian Iszahar untuk bergegas membantu. “Aku mengatakan kepada diriku untuk tidak melakukannya sekarang, tetapi kamu ingin hidup tanpa penyesalan tidak bisa melakukan apapun untuk membantu keluarga,” lanjutnya.

Tugas Iszahar sekilas memang tampak hanya sekadar meneruskan tetapi banyak tantangan baru yang harus dilaluinya. Salah satunya adalah berdamai dengan kebutuhan bahan pokok produksi yang terus meningkat dari hari ke hari.

Iszahar bersyukur bahwa Urban Redevelopment Authority, selaku pihak yang berwenang dalam mendukung bisnis lokal berperan aktif terhadap bisnisnya. Setidaknya ia mendapatkan keringanan biaya sewa sehingga bisa lebih fokus pada bahan makanan yang sedikit terhindari dari risiko gulung tikar.

(dfl/odi)

Membagikan
Exit mobile version