Sabtu, April 5


Jakarta

Sejumlah pedagang mainan di Pasar Gembrong mengaku omzetnya terkikis akibat kehadiran e-commerce atau toko online. Para pedagang bahkan terpaksa memotong keuntungannya kala pembeli membandingkan harga jual konvensional dengan toko online.

Seorang pedagang pemilik Toko Mainan Pelangi di Pasar Gembrong, Ice (30) mengaku hanya mengambil untung 10% dari modal awal penjualan mainan kala pembeli sengaja membandingkan harga. Adapun biasanya, ia mengambil untung penjualan sebesar 20% dari modal awal penjualan mainan.

Ia mengatakan, toko online kerapkali menjual mainan di bawah harga modal pegangan konvensional di Pasar Gembrong. Padahal, kata Ice, seringkali barang yang sampai tidak sesuai jika membeli mainan di toko online.


“Misal modal Rp 150.000, di online cuman Rp 140.000. Padahal barangnya beda, gambarnya sama. Jadi banyakan orang tertipunya di gambarnya,” kata Ice saat ditemui detikcom di rukonya, Pasar Gembrong, Jakarta Timur, Rabu (2/4/2025).

Ice sendiri mengaku tak menjual mainannya di toko online. Pasalnya, ia khawatir ada kerusakan pada mainan yang dikirim ke pembeli.

Imbas kehadiran toko online, Ice mengaku pengunjung Pasar Gembrong terus mengalami penurunan. Ia sendiri eksis berdagang di lokasi tersebut sejak 2016 silam.

Ia berkisah, saat itu Pasar Gembrong menjadi tempat masyarakat mencari mainan anak. Setelah relokasi dan pandemi COVID-19, Ice menyebut pengunjung menurun seiring dengan banyaknya pedagang yang bangkrut.

Di hari biasa pada tahun-tahun sebelumnya, omzet Ice bisa menyentuh hingga Rp 8 juta dalam sepanjang Senin hingga Kamis. Kini, pendapatan Ice susut dalam kurun waktu yang sama menjadi Rp 1 juta hingga Rp 3 juta.

“Penjualan hari biasa sepi banget. Segede ini toko kadang-kadang cuma sejuta (per hari),” jelasnya.

Ia menilai, hal ini terjadi imbas pemerintah membuka perdagangan pasar bebas. Akibat pasar bebas ini, kata Ice, banyak pedagang asing yang mencatut nama pedagang lokal untuk menjual mainan di bawah harga modal.

“Kadang kita kalau ngomong pun susah juga ke Pemerintah. Kan sebenarnya dampaknya kan dari pemerintah juga yang bikin pasar bebas,” ujar dia.

Ditemui terpisah, pemilik toko Komahkota Toys Alvi (30), tak menampik ancaman toko online terhadap penjualan di kiosnya. Menurutnya, toko online menjual jauh dari harga modal yang ia keluarkan.

“Pengaruh juga dari online juga. Pengaruh lah. Kebanting. Harganya juga lebih jauh,” jelas Alvi.

Bahkan pada momentum Lebaran 2025, Alvi mengatakan omzet penjualannya tak banyak berubah. Jika dibandingkan tahun sebelumnya, omzet penjualan justru turun hampir 50%.

Alvi berkisah, pendapatannya pada Lebaran tahun lalu mencapai Rp 15 juta per hari. Sementara saat ini, ia hanya mengantongi pendapatan dari penjualan sekitar Rp 8 juta per hari.

Sementara hari di luar perayaan Lebaran, Alvi mengaku penghasilannya Rp 500.000 hingga Rp 1 juta. Ia mengatakan, sepinya pengunjung terjadi sejak awal tahun 2025.

“Cuma kan kita kan, namanya mengontrak (sewa ruko) ya kan, nggak bisa lah gitu menyamakan dengan online,” tutupnya.

(kil/kil)

Membagikan
Exit mobile version