Jumat, November 1


Jakarta

Hong Kong bikin sejumlah terobosan untuk mendongkrak pariwisata. Tetapi, tampaknya, usaha itu belum membuahkan hasil.

Terobosan yang dibuat Hong Kong itu di antaranya pemberian tiket pesawat gratis, pertunjukan drone dan kembang api yang megah, serta undangan untuk para influencer agar berkunjung dan menceritakan kisah yang menarik telah dilakukan.

Melansir CNA, Kamis (31/10/2024) anggaran yang digelontorkan pun tidak main-main. Pemerintah Hong Kong telah menganggarkan sekitar USD 129 juta untuk menghidupkan pariwisata kembali tahun ini.


Hasilnya, jumlah kunjungan internasional ke Hong Kong masih jauh di bawah tingkat pariwisata di banyak destinasi Asia lainnya. Negara-negara seperti Thailand, Korea Selatan, dan Jepang telah melaporkan jumlah wisatawan yang mendekati atau bahkan melampaui angka sebelum pandemi.

Toko-toko kecil dan restoran di Hong Kong juga akhirnya banyak yang tutup, hotel-hotel mewah di sana juga masih banyak kamar yang kosong, dan tempat-tempat yang sebelumnya ramai kini berubah menjadi sepi.

Banyak faktor yang berkontribusi pada penurunan wisatawan di sana, di tahun 2019 demonstrasi pro-demokrasi terjadi dan menyebabkan penurunan pariwisata hampir 40% di paruh kedua tahun itu. Kemudian, diawal 2020 Hong Kong menerapkan penutupan perbatasan dan memberlakukan karantina panjang sebagai respons terhadap pandemi, dan tindakan tersebut lebih ketat dibandingkan dengan banyak negara lainnya.

Dilanjut dengan adanya eksodus penduduk serta perusahaan asing juga mengancam reputasi Hong Kong sebagai pusat keuangan global, sementara kota-kota lain di Asia semakin cepat membangun infrastruktur pariwisata mereka. Selain itu, banyak penduduk lokal yang lebih memilih berbelanja dan makan di Daratan China ketimbang di Hong Kong.

Pakar Perjalanan dan juga Direktur Konsultan di Check-In Asia, Gary Bowerman, mengatakan terdapat perubahan yang signifikan di Hong Kong yang menjadikan wilayah ini menjadi sepi dari para wisatawan.

“Dahulu ada kemewahan, hiburan, gaya hidup hingga suasana pelabuhan yang indah, namun kini semuanya telah berubah. Bukan hanya tentang Covid-19 dan demonstrasi saja, seluruh wilayah di Asia juga mengalami hal yang serupa,” kata dia.

Suasana Hong Kong yang semarak dengan lampu neon, restoran berlabel Michelin, dan pemandangan ikoniknya kini mengalami perubahan. Sebagai bekas koloni Inggris yang kini menjadi wilayah administratif khusus China, Hong Kong dikenal akan otonomi yang relatif.

Menurut Badan Pariwisata Hong Kong, pada 2018 mencatatkan jumlah pengunjung tertinggi dengan sekitar 65 juta wisatawan yang menghabiskan lebih dari USD 42 miliar atau sekitar 4,5% dari produk domestik bruto Hong Kong.

Kemudian, pada 2019 pariwisata Hong Kong mulai melambat, hanya sekitar 56 juta wisatawan yang berkunjung dan hanya menghabiskan kurang lebih USD 33 miliar. Memasuki tahun 2023, sebanyak 34 juta wisatawan memasuki Hong Kong.

Sementara pada delapan bulan terakhir tahun ini, Hong Kong baru mencatatkan sekitar 29 juta wisatawan yang masuk ke negara tersebut, kenaikan bertahap itu menjadi sebuah angin segar bagi Hong Kong namun masih jauh untuk melampaui atau menyamai angka sebelum pandemi.

(upd/fem)

Membagikan
Exit mobile version