Kamis, November 14


Bandung

Pamor Kampung Pelangi dulu sempat pudar. Namun kini, pesona kampung warna-warni itu mulai bersemi kembali. Simak kisahnya berikut ini:

Kampung Pelangi sudah bertahun-tahun lamanya kehilangan pamor. Sempat digagas sebagai kampung wisata sejak 2018, tapi kemudian pesona kawasan tersebut perlahan memudar dan seolah terlupakan.

Secara resmi, kawasan ini diberi nama Kampung Pelangi 200. Wilayahnya masuk ke Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong, dan terpisahkan oleh Sungai Cikapundung dengan Kelurahan Ciumbuleuit, Kecamatan Cidadap, Kota Bandung.


Bagi warga sekitar, kawasan yang begitu nyentrik nan eksotik ini dikenal dengan nama Kampung Pelangi saja. Maklum, saat gagasan awalnya, pemukiman warga di perkampungan ini dipenuhi cat warna-warni dan menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berburu spot foto yang ciamik di media sosial (medsos).

Kondisi rumah-rumah warga yang berdempetan dan keberadaan ‘100 anak tangga’ semakin menambah keeksotisan Kampung Pelangi. Tak jarang akhirnya, kampung tersebut disandingkan dengan kawasan Favela di Brasil sana karena deretan rumah yang berdiri hingga ke atas perbukitan.

Suasana Kampung Pelangi 200, Kota Bandung. Foto: Rifat Alhamidi/detikJabar

Seiring berjalannya waktu, pamor Kampung Pelangi kemudian menjadi pudar. Cat warna-warni yang tadinya menghiasi rumah warga sekitar, juga sudah kembali ke kondisi asal yang malah memperlihatkan bagaimana perkampungan itu menjadi identik dengan kekumuhan.

Tapi sekarang, Kampung Pelangi sepertinya bisa tersenyum lagi. Sejumlah unggahan beberapa content creator di media sosial, semakin memupuk asa bagi warga sekitar supaya roda perekonomian di sana kembali berjalan.

Beberapa pekan ini, nama Kampung Pelangi selalu menghiasi lini massa di dunia maya. Beberapa orang yang penasaran kemudian datang ke sana dan tak ketinggalan mengabadikan momen perjalannya di media sosial.

Yang datang ke Kampung Pelangi memang tak hanya sekedar mengabadikan momennya di media sosial. Ada juga yang sengaja ke kawasan ini sembari berolahraga dengan lari pagi. Bahkan ada yang datang hingga berombongan untuk menikmati keindahan di kawasan ini sembari berburu jajanan.

Alhasil, kondisi ini begitu membawa berkah bagi warga sekitar Kampung Pelangi yang sedari dulu mencari nafkah dengan berjualan. Salah satunya dirasakan Wasto (68), seorang pedagang bakso di dekat Kampung Pelangi.

“Alhamdulillah a, sekarang udah mulai ramai lagi. Jadi Kampung Pelangi-nya viral lagi, terus banyak orang yang datang ke sini,” katanya saat berbincang dengan detikJabar belum lama ini.

Cara Menuju ke Kampung Pelangi

Untuk bisa menginjakkan kaki ke Kampung Pelangi, traveler hanya tinggal memacu kendaraan ke Jl Siliwangi, Kota Bandung. Sebelum melintas di traffic light atau lampu merah Ciumbuleuit, tinggal belok kanan menuju Gang Bapak Ehom yang letaknya berada di samping Teras Cikapundung.

Setelah itu, jalan setapak akan menjadi jalur satu-satunya untuk bisa tiba di Kampung Pelangi. Sekitar 700 meteran berjalan, kendaraan tinggal turun melewati sebuah jembatan dan perjalanan menuju Kampung Pelangi sudah tiba.

Bagi yang penasaran, jalan-jalan ke Kampung Pelangi memang cocok dilakukan pada pagi hari. Meski berada tengah-tengah Kota Bandung, suasana asri di sepanjang jalur gang menuju Kampung Pelangi dijamin akan memanjakan mata bagi pengunjungnya.

Ketika masuk ke Gang Bapak Ehom, kita langsung disambut perkampungan warga dengan aliran irigasi di bawahnya. Aliran air di sana pun membawa kita seolah ke wilayah lain karena jauh dari kebisingan dengan padatnya kendaraan.

Setelah berjalan tak lebih dari 10 menit, Kampung Pelangi bisa langsung terlihat pandangan mata. Apalagi saat ini, Sungai Cikapundung yang sedang surut biasanya digunakan anak-anak sekitar untuk bermain di bantaran sungai.

Tak hanya itu saja. Wasto bahkan bercerita pada pekan kemarin kedai baksonya kedatangan rombongan ibu-ibu yang berjumlah hingga 20 orang. Mereka sengaja datang untuk bisa berburu foto di Kampung Pelangi dan mengabadikannya di media sosial.

Praktis, kedai bakso Wasto langsung laris manis. Apalagi, Wasto hanya mematok harga Rp 7 ribu untuk setiap seporsi bakso.

“Yang senengnya itu sekarang tiap hari ramai terus. Jadi ke jualan juga laris Alhamdulillah,” ucapnya.

Wasto juga masih ingat, beberapa pekan lalu, ada rombongan 30 mahasiswa asal Malaysia yang datang ke sana. Mereka sengaja datang karena mendapat undangan untuk belajar membatik di tempat wisata Kampung Tjibarani yang tak jauh lokasinya dari Kampung Pelangi.

Meskipun bukan warga yang menetap di Kampung Pelangi, tapi Wasto begitu bersyukur karena kini kawasan tersebut mulai diramaikan lagi oleh kunjungan wisatawan.

Wasto pun berharap ada perhatian dari pemerintah setempat supaya pamor Kampung Pelangi kini bisa ramai kembali.

“Soalnya denger-denger mah mau dibenahi lagi rumah-rumah warganya, katanya mau dicat ulang. Kemarin udah ada lurah sama camat ke sini ngecek. Mudah-mudahan bisa dibantu yah biar jadi ramai lagi, terus yang jualan juga dapat berkahnya,” ungkap Wasto yang mulai terlihat sibuk karena harus menutup kedai bakso jualannya.

——–

Artikel ini telah naik di detikJabar.

(wsw/wsw)

Membagikan
Exit mobile version