![](https://i1.wp.com/awsimages.detik.net.id/api/wm/2025/02/11/pameran-kongsi-akulturasi-tionghoa-di-indonesia_169.jpeg?wid=54&w=650&v=1&t=jpeg&w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Jakarta –
Museum Nasional menggelar pameran bertajuk ‘Kongsi: Akulturasi Tionghoa di Indonesia’. Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyatakan itu sebagai salah satu bukti keharmonisan budaya di Indonesia berlaku sejak lama.
Pada pembukaan pameran tersebut, Senin (10/2/2025) Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, menyampaikan kekayaan budaya di Indonesia ini sangat dipengaruhi dari ragam budaya luar, mulai dari India, Timur Tengah, Eropa, Amerika, dan China.
“Karena interaksi yang cukup panjang di masa lalu, bahkan Indonesia mungkin bisa dikatakan sebagai salah satu melting pot yang tertua di dunia. Dan kekayaan budaya kita ini yang disebut sebagai mega diversity yang merupakan kekayaan nasional kita sebagai national treasure kita,” kata dia.
Pameran ‘Kongsi: Akulturasi Tionghoa di Indonesia’ ini juga untuk memperingati momentum Hari Imlek dan juga peringatan Cap Go meh. Ia menuturkan akulturasi budaya China di Indonesia ini begitu beragam, tak hanya dari segi kulinernya saja, tetapi lainnya.
“Akulturasi budaya Tionghoa dengan budaya lokal ternyata setelah dikurasi sedemikian rupa sangatlah banyak variasinya, dari berbagai macam ekspresi budaya. Dari kuliner kita mengenal bakmi, lumpia, teh, bakso, sampai kemudian kebaya encim, Kerah Shanghai, baju koko, dan juga banyak lagi ekspresi-ekspresi budaya lainnya,” ujar Fadli Zon.
Ia juga menegaskan dengan adanya akulturasi budaya dari China itu memberikan dampak yang begitu signifikan dalam memperkaya keberagaman budaya Indonesia.
“Dan akulturasi ini menjadi bukti sejarah yang harmonis antara masyarakat Tionghoa dan masyarakat lokal Nusantara pada masa lampau Dan tentu saja pameran kongsi akulturasi budaya Tionghoa di Nusantara ini kita jadikan event ini dalam menguatkan pemahaman masyarakat terkait khazanah budaya Indonesia,” kata dia.
Menteri Kebudayaan, Fadli Zon dan Wakil Menteri Kebudayaan, Giring Ganesha. (Muhammad Lugas Pribady/detikcom)
|
Pameran ‘Kongsi: Akulturasi Tionghoa di Indonesia’ ini bisa dikunjungi oleh masyarakat mulai dari 11 Februari dan rencananya akan berlangsung selama 3 bulan. Terdapat kurang lebih 150 koleksi yang ditampilkan dalam pameran tersebut.
Dalam kesempatan yang sama, Koordinator Kurator Pameran ‘Kongsi: Akulturasi Tionghoa di Indonesia’ Fifia Wardhani, menjelaskan pameran ini dibagi menjadi tiga area. Di area pertama diperlihatkan bagaimana awal mula akulturasi terjadi di Nusantara.
Kemudian area selanjutnya pada era kolonial hingga bagaimana orang-orang China ikut serta dalam kemerdekaan. Dan area ketiga adalah disebut sebagai area keberagaman, yang mana di dalamnya terdapat aspek seperti akulturasi di bidang kuliner, busana, arsitektur juga bahasa dan sastra.
“Kenapa dibagi menjadi tiga area atau tiga sesi, biar mudah dipahami oleh pengunjung sebenarnya. Jadi kalau kebanyakan sub-sub itu kan pengunjung susah mengerti jadi dibagi tiga,” kata dia.
(upd/fem)