Sabtu, November 23

Jakarta

Peran NASA di masa depan dinilai menghadapi ancaman besar setelah Presiden terpilih Donald Trump menguatkan hubungannya dengan Elon Musk, CEO SpaceX.

Dalam perannya sebagai kepala Departemen Efisiensi Pemerintah, Musk berjanji untuk memotong anggaran negara hingga USD 2 triliun, yang termasuk mengevaluasi kontrak-kontrak yang berhubungan dengan perusahaannya sendiri, SpaceX.

Hal ini memunculkan kekhawatiran bahwa NASA, yang selama ini menjadi kebanggaan Amerika dalam dunia luar angkasa, dapat berubah menjadi alat yang melayani kepentingan pribadi Musk.


Peter Juul, Direktur Kebijakan Keamanan Nasional di Progressive Policy Institute, dalam artikelnya untuk SpaceNews, menyoroti potensi bahaya besar dari situasi ini. Menurutnya, konflik kepentingan antara Musk dan Trump bisa mengarah pada situasi di mana dana dari pajak rakyat dialirkan ke perusahaan swasta, terutama SpaceX, yang bisa merugikan NASA. NASA mungkin pilih kasih ke SpaceX.

“Jika Presiden terpilih Donald Trump dan oligarki teknologi Elon Musk mendapatkan apa yang mereka inginkan, NASA mungkin akan berubah menjadi lembaga kontraktor yang dibesarkan namanya,” tulis Juul.

Meskipun SpaceX telah membuat kemajuan dalam pengembangan roket Starship yang direncanakan untuk misi Mars, Juul mengkritik ambisi perusahaan ini yang dianggap masih jauh dari siap. Bahkan, jika Starship digunakan untuk misi kembali ke permukaan Bulan, SpaceX mungkin perlu melakukan hingga 16 uji peluncuran untuk mengirimkan satu pesawat ruang angkasa.

“Secara sederhana, perusahaan ini belum menunjukkan kemampuan teknis yang diperlukan untuk menjalankan misi yang lebih sederhana sekalipun,” tulis Juul, menegaskan bahwa SpaceX belum cukup matang untuk menangani misi luar angkasa yang kompleks.

Juul juga mengingatkan karakter Musk bisa menjadi kendala besar bagi kemajuan NASA. Hubungan Musk yang dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, pandangan politiknya yang semakin rasialis dan transfobik, serta berbagai tuduhan pelecehan seksual yang membayangi, dapat memperburuk citra NASA sebagai lembaga riset dan eksplorasi luar angkasa.

Juul menekankan bahwa Kongres Amerika Serikat memiliki kewenangan untuk melindungi NASA dari potensi kerugian ini. “Kongres memiliki kekuatan untuk mencegah pemerintahan yang baru dari meruntuhkan NASA dan pada akhirnya menyerahkan kegiatan luar angkasa kepada satu perusahaan swasta,” ujarnya.

Sebagai lembaga independen yang vital, NASA tidak boleh dipersempit peranannya hanya untuk memenuhi kepentingan satu entitas bisnis. Sejarah menunjukkan bahwa Kongres sering terlibat dalam menentukan arah kebijakan luar angkasa, seperti saat mereka mengurangi anggaran NASA atau memaksa perubahan besar pada misi pengembalian sampel Mars.

Juul mengusulkan agar Kongres memperkuat pengembangan Sistem Peluncuran Luar Angkasa (Space Launch System/SLS) milik NASA, sebuah program yang dianggap memiliki keunggulan teknis yang tidak dimiliki oleh negara atau perusahaan swasta lainnya.

Meskipun SLS menghadapi kritik karena keterlambatan dan pembengkakan biaya, Juul percaya teknologi ini masih merupakan kekuatan utama yang harus dipertahankan untuk menjaga dominasi Amerika dalam eksplorasi luar angkasa.

Di sisi lain, Juul juga mendesak agar Kongres menguatkan kebijakan kontrak ‘sumber ganda’ NASA, yang mewajibkan adanya persaingan antara dua perusahaan, alih-alih memberi kontrak dominan kepada SpaceX.

Meski strategi ini menghadirkan tantangan, seperti bencana yang dialami misi Starliner Boeing, yang jauh lebih mahal daripada pesawat Crew Dragon milik SpaceX yang lebih andal, Juul tetap menganggap perlindungan terhadap NASA sebagai hal yang lebih penting.

Menurut Juul, Kongres harus bertindak untuk melindungi NASA sebagai kebanggaan Amerika dari eksploitasi oligarki. Di bawah pemerintahan yang sebelumnya mengabaikan bukti ilmiah, seperti penolakan perubahan iklim yang digaungkan Trump, perlindungan terhadap NASA dan kegiatan ilmiahnya menjadi lebih krusial.

Untuk itu, Kongres harus berperan aktif memastikan NASA tetap berjalan sesuai dengan tujuannya, sebagai lembaga yang berdedikasi pada eksplorasi luar angkasa dan riset ilmiah, bukan menjadi alat memperkaya satu individu atau perusahaan swasta.

*Artikel ini ditulis oleh Dita Aliccia Armadani, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

(fyk/fyk)

Membagikan
Exit mobile version