Rabu, Januari 22


Jakarta

BYD akan memulai produksi mobil listrik di fasilitas pabrik di Subang, Jawa Barat, pada awal tahun 2026. Dari sekarang, BYD juga mulai mencari pemasok lokal untuk memenuhi tingkat kandungan dalam negeri (TKDN).

BYD telah merencanakan investasi sebesar Rp 11,7 triliun dengan kapasitas produksi kendaraan listrik mencapai 150 ribu unit per tahun. Investasi ini menjadi bukti kepercayaan BYD terhadap potensi pasar Indonesia.

“Kami berkomitmen untuk merealisasikan pembangunan fasilitas pabrik BYD di Indonesia yang dapat membuka peluang pengembangan teknologi seperti baterai untuk ragam kendaraan New Energy Vehicles termasuk EV dan PHEV,” kata General Manager BYD Asia Pacific, Liu Xueliang.


“Pembangunan fasilitas ini diharapkan akan berkontribusi aktif dalam memenuhi beragam kebutuhan pasar domestik sekaligus memperluas potensi ekspor kendaraan listrik, mendukung potensi negara Indonesia sebagai salah satu pusat manufaktur kendaraan elektrifikasi di kawasan Asia Tenggara,” jelas dia.

Bukan sekadar produksi, BYD juga didorong untuk meningkatkan TKDN sesuai Peraturan Presiden No. 79 Tahun 2023 tentang Perubahan atas Perpres 55/2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan. Mobil listrik yang sudah diproduksi dalam negeri harus sudah memiliki TKDN 40 persen pada 2026.

“Itu (menggunakan pemasok lokal) jadi bagian yang harus kita penuhi. Komitmen kepada pemerintah. Bahkan kita beberapa kali sudah melakukan business matching antara BYD dengan industri lokal.” kata Head of Public & Government Relations PT BYD Motor Indonesia, Luther T. Pandjaitan.

BYD juga tidak menutup kemungkinan untuk memakai baterai yang sudah dibuat di Indonesia. Salah satu tujuannya untuk meningkatkan TKDN.

“Sebetulnya BYD ini salah satu produsen baterai di dunia. Tentunya, apalagi saat ini kita mensuplai keperluan kami sendiri secara aktif, secara dominan, tentunya baterai itu menjadi suatu pengembangan yang penting juga dalam tahun ke depannya lagi,” kata Luther.

“Apalagi regulasi pemerintah menuntut TKDN yang lebih naik lagi, di atas 40 persen, di atas 2026. Baterai adalah salah satu solusinya, tapi perlu banyak kajian terhadap itu. Tapi kita itu belum, bukan tidak mungkin, kalau memang itu solusi memenuhi TKDN dan adanya nilai tambah dari sisi industri di Indonesia, harusnya, kenapa tidak? karena kita kan pemain utama di baterai, nggak sulit baterainya,” jelas dia.

Mobil listrik BYD juga mendapat respon positif dari masyarakat Indonesia. Terbukti dalam hal penjualan, BYD kini sudah masuk dalam jajaran 10 merek mobil terlaris.

Salah satu model yang paling diminati adalah BYD M6, yang terjual sebanyak 6.125 unit. Diikuti oleh model BYD Seal dengan penjualan sebanyak 4.829 unit, kemudian BYD Atto 3 yang terjual sebanyak 3.292 unit, dan BYD Dolphin yang mencatat penjualan sebanyak 1.187 unit.

(riar/rgr)

Membagikan
Exit mobile version