Sabtu, Februari 1


Jakarta

Polisi menyampaikan sejauh ini ada 20 korban pencabulan guru ngaji bernama Wahyudin (40) di Cildeug, Kota Tangerang. Sebanyak 15 korban saat ini mendapatkan pendampingan dari Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A).

“Pada awal kami memeriksa 4 anak dan 1 dewasa yg menjadi korban, dan saat ini msh ada 15 org yg masih dalam pendampingan dalam P2TP2A untuk bisa segera pemeriksaan,” kata Kapolres Metro Tangerang Kota Kombes Zain Dwi Nugroho, kepada wartawan, Jumat (31/1/2025).

Zain menjelaskan kendala dalam penanganan kasus tersebut. Mukanya dia mengatakan menerima laporan pada bulan Desember 2024 tentang kejadian itu.


“Kemudian kami bergerak cepat melakukan pemeriksaan visum kepada para korban. Kita juga pada saat itu mendapatkan info bahwa satu bulan sebelum orang tua korban, ternyata pelaku sudah melarikan diri,” jelasnya.

Menurut dia, perlu penanganan khusus terhadap korban anak. Sehingga perlu pendampingan agar korban bisa dimintai keterangan.

“Bukan lambat penanganan, tapi perlu hal-hal treatment khusus kalau melakukan pemeriksaan anak. Karena memang harus ada pendampingan,” bebernya.

Karena orang tua korban responsif, maka penanganan kasus bisa terbantu lebih cepat. Sehingga anak-anak yang menjadi korban bisa dimintai keterangan.

“Tentunya kami masih berharap karena memang kejadiannya sejak 2017. Kami berharap apabila ada anak lain atau masyarakat yang menjadi korban, tolong bisa melaporkan kepada kami di Polres Metro Tangerang Kota, dan kita bisa lakukan pendampingan,” jelasnya.

“Sehingga trauma terhadap anak ini bisa kita tangani. Sehingga ke depan, anak bisa mendapatkan kehidupan lebih baik dan bisa bergaul dengan masyarakat lain,” lanjut dia.

Terpisah, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary mengatakan penanganan kasus tersebut merupakan komitmen Kapolda Metro Jaya Irjen Karyoto dalam memberikan perlindungan kepada kelompok rentan.

“Komitmen Polda Metro Jaya untuk meningkatkan terus pelayanan dan memberikan perlindungan kepada kelompok rentan anak, perempuan, orang tua, ini menjadi perhatian khusus bagi beliau,” ujar Ade Ary.

“Di sisi lain, rekan-rekan kami di wilayah, Bhabinkamtibmas, terus melakukan kegiatan preemtif bekerja sama dengan semua pihak bersama Babinsa, kepala desa, pak lurah, itu terus memberikan imbauan edukasi. misalkan modus seperti setidaknya orang tua dalam kegiatan police goes to school disampaikan juga diberikan pemahaman tentang bagian tubuh yang boleh dan tidak boleh dilihat apalagi diraba oleh pihak lain,” lanjutnya.

(rdh/maa)

Hoegeng Awards 2025

Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

Membagikan
Exit mobile version