
Kuala Lumpur –
Operasi pencarian penerbangan Malaysia Airlines MH370 akan kembali dilakukan setelah 11 tahun mandek. Lokasi pencarian kini fokus di dasar Samudra Hindia.
Perusahaan maritim Ocean Infinity telah ditunjuk oleh Pemerintah Malaysia untuk memulai operasi pencarian. Perusahaan yang berbasis di Inggris dan Texas itu bahkan menyetujui kontrak yang tidak akan membayar mereka jika MH370 tidak ditemukan, seperti dikutip dari NDTV.
Pencarian sebelumnya dilakukan pada tahun 2018, sekarang pencarian ulang akan difokuskan pada area seluas 5.800 mil persegi di Samudra Hindia, yang sebelumnya diabaikan. Lokasi tersebut diidentifikasi sebagai zona prioritas berdasarkan datang yang kredibel, termasuk sinyal satelit dan transmisi radio yang terganggu.
Para peneliti akan fokus pada empat “titik panas” tertentu yang menurut mereka merupakan lokasi jatuhnya puing-puing, termasuk badan pesawat, sebagaimana dilaporkan oleh The Telegraph.
Ocean Infinity optimis bahwa pencarian terbaru ini berpotensi menjadi yang terakhir dan akan membuahkan hasil berkat kemajuan dalam pencarian di dasar laut menggunakan pesawat nirawak.
Peneliti akan menggunakan Kapal Armada 7806 saat beroperasi di Samudra Hindia. Mereka menyiapkan alat berupa kendaraan bawah air otonom (AUV) canggih yang dilengkapi dengan teknologi mutakhir, termasuk pencitra 3D, sonar, laser, dan kamera.
AUV ini memiliki kemampuan yang mengesankan, menyelam hampir empat mil dalam dan dapat tetap terendam hingga empat hari, artinya dua kali lipat dari daya tahan drone yang dioperasikan dari jarak jauh yang digunakan dalam pencarian tahun 2018.
Puing Malaysia Airlines MH370 diduga telah mengganggu pemancar WSPR (Weak Signal Propagation Reporter) di daerah Samudra Hindia. Pemancar ini mengirimkan pulsa radio berdaya rendah secara global setiap dua menit, dan gangguan pada sinyal yang dibaca oleh pesawat.
Menurut analisis pensiunan insinyur NASA Richard Godfrey, 130 gangguan sinyal tersebut terdeteksi di Samudra Hindia pada malam hilangnya pesawat, yang memberikan petunjuk potensial dalam pencarian pesawat yang hancur itu.
Penerbangan MH370 membawa 227 penumpang dan 12 awak dan menghilang setelah meninggalkan Bandara Kuala Lumpur di Malaysia selatan dalam perjalanan ke Beijing, Cina, pada 8 Maret 2014.
Pencarian selama hampir tiga tahun yang meliputi 120.000 kilometer persegi di Samudra Hindia hampir tidak menemukan jejak pesawat, dengan hanya beberapa bagian puing yang ditemukan. Meskipun merupakan pencarian terbesar dalam sejarah penerbangan, pesawat itu tidak pernah ditemukan dan operasinya dihentikan pada Januari 2017.
Pemerintah Malaysia berjanji akan memberi 70 juta USD kepada Ocean Infinity jika berhasil menemukan puing-puing pesawat.
(bnl/wsw)