Jakarta –
ChatGPT saat ini jadi salah satu layanan AI generatif yang paling dikenal di seluruh dunia. Tapi penciptanya, OpenAI, justru diprediksi mengalami rugi besar tahun ini sampai terancam bangkrut.
Laporan terbaru The Information mengungkap kondisi finansial OpenAI. Proyeksi data ini diperoleh dari laporan keuangan internal yang tidak dirilis dan berbagai analisis industri.
Sejak didirikan pada tahun 2015, OpenAI sudah menerima pendanaan tujuh putaran dan mengumpulkan lebih dari USD 11 miliar. Saat ini perusahaan besutan Sam Altman itu memiliki valuasi USD 80 miliar.
Suntikan dana terakhir yang diterima OpenAI datang dari Microsoft sebesar USD 10 miliar, yang kabarnya termasuk potongan 75% dari profit perusahaan dan 49% saham di perusahaan tersebut. Sebagai gantinya, OpenAI bisa mengakses server cloud Azure dengan harga lebih bersahabat.
Tapi, menjalankan perusahaan AI membutuhkan biaya yang sangat besar. Laporan The Information mengindikasikan OpenAI tidak menghasilkan cukup uang dan berpotensi mengalami kerugian operasional sebesar USD 5 miliar (Rp 81,5 triliun) pada akhir tahun finansial.
Kabarnya OpenAI menghabiskan sekitar USD 7 miliar untuk melatih dan inference large language model (LLM). Selain itu mereka juga mengeluarkan USD 1,5 miliar untuk menggaji karyawan.
Analis lainnya mengatakan OpenAI mengeluarkan USD 700.000 per hari untuk operasional ChatGPT karena biaya server AI Nvidia, seperti dikutip dari PC Gamer, Rabu (31/7/2024).
Ada dua masalah utama yang dialami OpenAI. Pertama, mereka berambisi menjadi perusahaan pertama yang meluncurkan artificial general intelligence (AGI) yang diklaim memiliki kepintaran setara dengan manusia. Proyek ini tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Selain itu, OpenAI juga menghadapi persaingan yang jauh lebih ketat dari Anthropic, Amazon, Google, Meta, dan lain-lain. Meskipun ChatGPT saat ini menjadi layanan yang paling dikenal, porsi pendapatan yang diterima OpenAI jadi semakin menyusut.
Laporan The Information mengatakan OpenAI bisa kehabisan dana dalam 12 bulan ke depan dan terancam bangkrut, kecuali mereka berhasil menggalang lebih banyak dana. Meski begitu, beberapa analis mengatakan biaya melatih model AI dan manufaktur diprediksi turun di masa depan.
(vmp/afr)