Minggu, Oktober 6


Jakarta

Federasi Panjat Tebing Indonesia (PB FPTI) punya sejumlah cara agar atletnya tidak jenuh dan tetap termotivasi jelang Olimpiade 2024. Dangdutan salah satunya.

Hal itu diungkap oleh Ketua Umum FPTI Yenny Wahid. Saat ini atlet-atletnya memang tengah ditempa habis-habisan seiring dengan kian dekatnya Olimpiade Paris 2024.

Panjat tebing Indonesia meloloskan empat wakil Olimpiade Paris 2024 di nomor speed putra dan speed putri. Yaitu Rahmad Adi Mulyono, Veddriq Leonardo, Deaak Made Rita Kusuma Dewi, dan Rajiah Sallsabillah.


Sehubungan dengan itu, FPTI tahu persis para atletnya akan memiliki antusiasme tersendiri tampil di Olimpiade. Sangat mungkin pula hal itu bercampur dengan ekspektasi dan tekanan memberikan prestasi terbaik bagi bangsa dan negara.

Di sisi lain, hal-hal ini bisa saja menjadi bumerang. FPTI pun sudah punya cara dalam berupaya meminimalisirnya.

“Saya ini kan sering ajak kumpul-kumpul, happy-happy supaya tak stres. Kadang kami ajak nyanyi, lalu dangdutan di tempat saya, hanya supaya agar lepas bebannya. Mereka menikmati itu,” kata Yenny kepada pewarta saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan.

Situasi yang dikemas dengan cara sederhana itu memang bukan sekali dua kali dilakukan. Yenny mengungkapkan, saat di ajang Olyimpic Qualifier Series Budapest 2024, Hungaria, mereka juga menerapkan hal serupa.

“Kalau waktu di Budapest mereka makan ice cream bareng, jalan-jalan bareng, foto bersama. Jadi harus keluar juga dari rutinitas agar mereka tak merasa jenuh. Dan mereka sendiri menargetkan presure terhadap mereka sendiri,” ujarnya.

“Dan itu jauh lebih kuat lo (beban) daripada kita. Kalau saya, ada anak yang tidak mencapai target paling saya peluk, ‘Oke, next time better ya’. Mereka itu jauh lebih down. Jadi tak perlu pressure dari luar, mereka akan mem-pressure diri mereka sendiri.”

Ditambahkan Yenny, dalam usaha menyeimbangkan hal itu mereka juga intens berkomunikasi dengan tim psikolog. “Tetap dua-duanya (kesiapan teknis dan nonteknis) tapi buat kami semua ya untuk keluarga besar panjat tebing ini kan sejarah. Pertama kali panjat tebing berlaga di olimpiade. Ini bersejarah sekali,” kata wanita berusia 49 tahun tersebut.

“Jadi ada kebanggaan, semangat, antusias, semua campur aduklah. Dan saya rasa keinginan bukan hanya tampil di Olimpiade saja tapi menjadi pemenang di olimpiade itu sangat kuat.”

“Jadi semoga ya dengan rata-rata kemampuan atlet kita dan doa serta dukungan masyarakat Indonesia maka semeleset-melesetnya itu tetap ada di podium,” ucap Yenny.

(mcy/krs)

Membagikan
Exit mobile version