Rabu, April 23


Jakarta

Surya Sahetapy baru saja kehilangan ayahnya, Ray Sahetapy, yang meninggal 1 April lalu. Dia menceritakan soal kenangan terakhir bersama aktor senior Indonesia itu.

Diceritakan anak Ray dari pernikahan dengan Dewi Yull tersebut, semasa hidup ayahnya pernah mengajak berbincang soal kematian. Sesuatu yang mungkin tabu, tapi penting buat dibahas oleh mereka.

Perbincangan soal kematian dengan Surya jauh sebelum aktor Captain America: Civil War itu meninggal. Obrolan itu cukup membantu Surya buat mengikhlaskan. Proses berdukanya tidak lagi terasa terlalu berat.


“Jadi pas pulang ke Indonesia, saya sudah siap ketika ayah harus meninggalkan saya,” kata dia ketika mengisi acara Pagi Pagi Ambyar di Trans TV, pada Rabu (9/4/2025).

Surya mengakui ada momen terpukul dan menangis mendengar kabar Ray Sahetapy meninggal dunia. Namun, hal itu bisa ia lewati dengan baik sampai akhirnya tiba di Tanah Air.

Soal obrolan lama dengan ayahnya, pria yang saat ini tinggal dan bekerja di Amerika Serikat itu mengenang bagaimana mereka membahas kematian. Alih-alih hal sedih, justru perbincangan itu penuh dengan hal-hal positif.

“Diskusi itu sangat berharga. Bukan soal kematiannya, tapi gimana caranya kita mengikhlaskan orang tersebut. Mungkin ini tabu, tapi sangat penting untuk dibahas. Topik kematian ini bisa membuat kita mengikhlaskan orang yang kita cintai saat dia meninggalkan kita. Saya berduka selama 12 tahun atas kematian Gisca (kakak perempuan) dan itu tidak mudah. Sekarang, ketika tahu ayah meninggal, saya berpikir saya harus siap menerima ini dengan mengingat kenangan-kenangan yang berharga,” kata Surya.

Dalam kenangan Surya, Ray merupakan sosok yang peduli. Tidak hanya ke keluarga, tapi juga para komunitas tuli.

Aktor yang meninggal pada usia 68 tahun itu menitipkan pesan menjaga kesejahteraan komunitas tuli. Termasuk mereka yang ingin berkarya di bidang seni.

“Jadi pesan Ayah, Surya harus terus memperjuangkan komunitas tuli sampai Allah memanggil. Ayah juga ingin membantun teater khusus tuli saat itu, sampai Allah memanggil juga akhirnya teater ini masih berjalan,” kenang Surya.

“Ketika ngobrol sama Ayah, pada saat tu memang diskusinya sangat berat ya. Sempat nangis juga pas saya meninggalkan dia buat ke Amerika. (Di awal-awal) setiap tahun saya nangis. Gimana kalau saya nggak bisa ketemu lagi. Tapi Ayah, Ibu, Kakak, Adik, keponakan, semua video call saya. Setiap saat membantu saya, menenangkan saya saat pertama kali ke Amerika,” tutupnya.

(aay/pus)

Membagikan
Exit mobile version