Sabtu, Januari 4

Jakarta

Nvidia menyelesaikan akuisisi perusahaan AI asal Israel bernama Run:ai setelah mendapat restu dari European Commission.

Akuisisi senilai USD 700 juta atau sekitar Rp 11,3 triliun itu sempat terganjal perizinan terkait aturan antimonopoli dari Uni Eropa, demikian dikutip detikINET dari Reuters, Rabu (1/1/2025).

Pasalnya badan antimonopoli Uni Eropa sempat memperingatkan kalau akuisisi itu mengancam kompetisi di negara-negara tempat perusahaan tersebut beroperasi. Nvidia ditakutkan semakin kuat dan menguasai pasar chip grafis yang dipakai untuk pengolahan AI.


Saat ini Nvidia sudah mendominasi pasar chip grafis AI dengan pangsa pasar sebesar 80%. Dan, akuisisi Run:ai itu memang tujuannya untuk membantu pengembang di Nvidia untuk mengoptimalkan infrastruktur AI.

Namun kemudian hasil penyelidikan European Commission tak menemukan bukti kalau akuisisi tersebut akan menimpulkan monopoli, dan mengizinkan proses akuisisinya dilanjutkan.

Selain Uni Eropa, Departemen Hukum Amerika pun menginvestigasi akuisisi Run:ai karena alasan yang sama. Yaitu bisa mematikan kompetitor-kompetitor Nvidia. Namun kemudian Run: ai menyebutkan kalau mereka berencana menjadikan softwarenya open source, agar bisa dipakai oleh banyak pihak.

“Meski Run:ai saat ini hanya mendukung GPU Nvidia, menjadikan software open source memperluas ketersediaannya di seluruh ekosistem AI,” tulis Run:ai dalam postingan blog resminya.

Sebelumnya Nvidia juga diincar oleh pemerintah China karena akan mengakuisisi perusahaan networking Israel bernama Mellanox karena melanggar UU monopoli China. Padahal, sebelumnya pemerintah China sudah menyetujui akuisisi tersebut pada tahun 2020.

Tampaknya ini adalah imbas dari perang dagang dan teknologi antara Amerika Serikat dan China. Perang chip AS-China memasuki fase baru bulan ini, setelah pemerintahan Biden memberlakukan pembatasan lain pada penjualan chip memori berteknologi tinggi ke China. Chip memori berbeda dari prosesor grafis yang dibuat Nvidia, tapi juga teknologi penting yang membantu menggerakkan AI.

AS cemas China menggunakan AI untuk mendapatkan keuntungan militer. Pejabat Departemen Perdagangan AS yakin pembatasan tersebut akan memperlambat pengembangan chip AI China.

Namun, Kementerian Perdagangan China mengecam pembatasan AS karena menimbulkan “ancaman signifikan” terhadap stabilitas rantai pasokan global. Pemerintah China juga membalas dengan melarang penjualan bahan-bahan penting untuk pembuatan chip, termasuk germanium dan galium.

(asj/rns)

Membagikan
Exit mobile version