Jumat, Januari 10


Jakarta

Jepang semakin dekat untuk mengintervensi yen. Pasalnya mata uang tersebut berada di posisi terendah alias anjlok.

“Mereka sudah membahas konsekuensi politiknya dan tidak ada seorang pun yang meminta pelemahan yen,” kata Kepala Penelitian FX Global G10 dan strategi makro Amerika Utara di Standard Chartered Bank, Steven Englander dikutip dari CNBC, Kamis (28/3/2024).

Yen Jepang diperdagangkan sekitar 151,47 terhadap dolar AS pada Kamis (28/3), setelah jatuh ke level terlemah dalam 34 tahun.


Posisi terendah dalam beberapa dekade ini telah mendorong spekulasi pasar mengenai potensi intervensi terhadap mata uang yen.

Wakil Menteri Keuangan Masato Kanda mengatakan bahwa pergerakan yen diawasi dengan ketat dan mendesak.

Kepala Sekretaris Kabinet Yoshimasa Hayashi mengatakan bahwa pihak berwenang tidak akan mengesampingkan tindakan apa pun untuk melawan pergerakan mata uang yang berlebihan. Hal itu seraya menegaskan bahwa pergerakan mata uang sedang diawasi dengan urgensi yang tinggi.

Englander mengatakan potensi intervensi terhadap yen akan bertujuan untuk mengulur waktu bagi otoritas Jepang sampai Federal Reserve AS mulai memotong suku bunganya atau sampai Bank of Japan menaikkan suku bunganya sedikit lagi.

Jepang sendiri terakhir kali melakukan intervensi terhadap yen pada 2022. Hal tersebut berhasil dengan cukup baik meskipun investor pada awalnya skeptis terhadap efektivitas intervensi mata uang tersebut.

Bank of Japan mengakhiri rezim suku bunga negatif dalam sebuah langkah bersejarah minggu lalu dan menghapuskan kebijakan pengendalian kurva imbal hasil, yang tidak banyak menghentikan pelemahan yen.

Di sisi lain, The Fed mempertahankan suku bunga acuannya seperti yang diharapkan dan mengisyaratkan rencana penurunan suku bunga berkali-kali sebelum akhir tahun.

(aid/hns)

Membagikan
Exit mobile version