Minggu, Februari 2


Jakarta

Duka dan kengerian masih terbayang oleh keluarga korban ritual mandi suci Kumbh Mela. Satu-satu, keluarga menceritakan bagaimana keluarga mereka tewas di sana.

Kaikeyi Devi, melakukan perjalanan dari negara bagian Bihar bersama suaminya untuk menghadiri Kumbh Mela. Ritual mandi suci yang diadakan 12 tahun sekali itu menjadi tujuan utama umat hindu India sampai tanggal 26 Februari mendatang.

Saking banyaknya, desak-desakan pun tak terhindari. Setidaknya 30 orang tewas dalam desak-desakan, menjadikan ritual mandi suci sebagai kematian massal yang kembali terulang.


Desak-desakan tersebut dilaporkan terjadi setelah gelombang peziarah yang menuju Sangam menginjak-injak para peziarah yang tidur di dekat tepi sungai.

“Dia terseret dalam kekacauan dan kami mulai menangis… ‘Bebaskan dia! Biarkan dia! Kami di sini!’… tetapi dia tidak pernah [kembali],” kata Devi kepada kantor berita Reuters saat dia menunggu di luar kamar mayat di kota Prayagraj untuk mengambil jenazah suaminya.

Tak hanya Devi, Taposh Roy pun merasakan hal yang sama. Ia datang dari negara bagian Assam bersama saudara laki-lakinya saat kecelakaan itu. Saat saudaranya terinjak, tak ada bantuan medis yang didapatnya.

Dia hanya terbaring di sana untuk waktu yang lama karena tidak ada ambulans yang membawanya ke rumah sakit. Kami memohon kepada polisi dengan mengatakan bahwa kami akan menggendongnya sendiri tetapi mereka menyuruh kami untuk menunggu. Ketika dia dibawa oleh polisi, kami tidak dapat pergi bersamanya,” kata Roy kepada surat kabar Indian Express.

Begitu pula dengan Tarun Bose, warga negara bagian Benggala Barat yang kehilangan saudara perempuannya dalam ritual mandi suci.

“Pihak berwenang gagal menyelamatkannya dan polisi baru berhasil mengevakuasi jenazahnya setelah satu setengah jam. Tidak ada petugas polisi di sekitar saat kecelakaan itu,” katanya kepada kantor berita AFP.

Luka yang sama juga dirasakan oleh Deepak Hattarwat dari negara bagian Karnataka, ia kehilangan keluarganya saat ia tidak ikut serta dalam ritual suci tersebut.

Pria itu kehilangan istri dan putrinya, kematian mereka diketahui sehari kemudian dari seorang teman seperjalanan dalam kelompok mereka.

“Kami sedang merencanakan pernikahannya [putrinya]. Apa yang harus saya lakukan dan untuk siapa saya harus tinggal sekarang?” kata Hattarwat kepada surat kabar Indian Express.

Sementara itu, beberapa orang mengatakan bahwa mereka masih mencari orang yang mereka cintai, lebih dari 48 jam setelah insiden itu terjadi.

Manoj Kumar Sahni dari negara bagian Bihar mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa ia telah mati-matian mencari ayahnya yang hilang.

“Saya telah mencarinya sejak tiga hari terakhir. Saya juga pergi ke rumah sakit tetapi tidak menemukannya. Kami juga mencari di stasiun kereta api dan halte bus tetapi tidak menemukannya,” katanya.

Sejak insiden itu, pihak berwenang telah meningkatkan langkah-langkah keamanan di festival tersebut dan juga telah melarang kendaraan memasuki area mela hingga 4 Februari. Hari mandi suci berikutnya adalah pada hari Senin, ketika festival tersebut diperkirakan akan disaksikan oleh banyak orang.

(bnl/bnl)

Membagikan
Exit mobile version