Senin, Maret 3

Jakarta

Dua ribu tahun lalu, seorang laki-laki meninggal di tengah erupsi vulkanik Vesuvius. Baru pada 2020, ilmuwan menyadari ada yang aneh dari fosil orang tersebut. Otaknya berubah menjadi kaca.

Pada 2020, ilmuwan dibuat bingung kenapa hal tersebut dapat terjadi. Potongan kaca hitam seukuran kacang polong ditemukan di dalam tengkorak korban, berusia sekitar 20 tahun, yang meninggal saat gunung berapi meletus pada tahun 79 M di dekat kota Naples modern.

Erupsi Vesuvius di sekitaran Herculaneum dan Pompeii menghancurkan penduduk yang mencapai 20.000 jiwa. Hanya ada 1.500 orang yang berhasil ditemukan.


Para ilmuwan kini percaya bahwa awan abu dengan suhu mencapai 510°C menyelimuti otak orang itu. Lalu, otaknya mendingin dengan sangat cepat dan mengubah organ tersebut menjadi kaca.

Dikutip dari BBC, ini adalah satu-satunya kasus jaringan manusia (atau material organik lainnya) yang secara alami menjadi kaca.

“Kami yakin bahwa kondisi sangat spesifik yang telah kami rekonstruksi untuk vitrifikasi (proses sesuatu berubah menjadi kaca) otak membuatnya sangat sulit untuk ada sisa-sisa serupa lainnya, meskipun bukan tidak mungkin,” kata Profesor Guido Giordano dari Università Roma Tre kepada BBC News. Dia menambahkan ini adalah temuan yang unik.

Otak yang berubah menjadi kaca ini ialah milik seorang laki-laki yang meninggal di ranjangnya pada bada bangunan Collegium. Lokasinya ada di jalan utama kota Roma, Herculaneum. Fragmen kaca tersebut ditemukan ilmuwan dengan ukuran sekitar 1-2 cm.

Otak yang berubah menjadi kaca ini ialah milik seorang laki-laki yang meninggal di ranjangnya pada bada bangunan Collegium Foto: Guido Giordano/BBC

Tim peneliti memang meyakini awan panas dari Vesuvius yang menyebabkan mayoritas kematian penduduk. Arus gas panas dan materi vulkanik yang bergerak cepat, yang juga disebut aliran piroklastik, menyusul, mengubur area tersebut.

Para ahli percaya awan abu mengubah otak pria itu menjadi kaca karena aliran piroklastik tidak mencapai suhu yang cukup tinggi atau mendingin dengan cukup cepat.

Proses pembentukan kaca memerlukan kondisi suhu yang sangat spesifik dan jarang terjadi secara alami. Agar suatu zat berubah menjadi kaca, harus ada perbedaan suhu yang sangat besar antara zat tersebut dan lingkungan sekitarnya.

Bentuk cairnya harus mendingin cukup cepat agar tidak mengkristal saat menjadi padat, dan harus berada pada suhu yang jauh lebih tinggi daripada lingkungan sekitarnya.

Tim menggunakan pencitraan dengan sinar-X dan mikroskop elektron untuk menyimpulkan bahwa otak pasti telah dipanaskan hingga setidaknya 510°C sebelum mendingin dengan cepat. Tidak ada bagian lain dari tubuh pria itu yang diyakini telah berubah menjadi kaca.

Hanya bahan yang mengandung sedikit cairan yang dapat berubah menjadi kaca. Tulang-tulang tidak termasuk yang dapat mengalami vitrifikasi.

Penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Scientific Reports.

(ask/ask)

Membagikan
Exit mobile version