Rabu, Januari 1


Jakarta

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan jumlah masyarakat dunia yang kelaparan pada 2025 akan semakin banyak. Hal ini terjadi karena banyaknya negara maju yang mulai ‘berhemat’ dalam memberi sumbangan dana bantuan kemanusiaan.

Melansir dari Reuters, Minggu (28/12/2024), organisasi dunia itu memproyeksikan paling besar mereka hanya mampu mengumpulkan cukup uang untuk membantu sekitar 60% dari 307 juta orang yang diprediksi membutuhkan bantuan kemanusiaan tahun depan. Itu berarti sebanyak 117 juta orang tidak dapat menerima bantuan makanan atau bantuan lain sepanjang 2025.

Di luar itu, PBB juga tercatat mengakhiri tahun 2024 dengan mengumpulkan sekitar 46% dari US$ 49,6 miliar atau Rp 805,25 triliun (kurs Rp 16.235/dolar AS) yang dimintanya untuk bantuan kemanusiaan di seluruh dunia. Ini adalah tahun kedua berturut-turut organisasi itu mengumpulkan dana bantuan kurang dari setengah dari yang dimintanya.


Parahnya, kekurangan tersebut memaksa berbagai badan kemanusiaan di seluruh dunia untuk membuat keputusan yang menyakitkan. Seperti di antaranya memangkas jatah makanan bagi yang kelaparan dan mengurangi jumlah orang yang memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan.

Misalkan saja di tempat-tempat seperti Suriah yang menjadi lokasi Program Pangan Dunia (WFP), distributor makanan utama PBB, diperkirakan hanya bisa memberikan bantuan makanan terhadap 1 juta orang dari sebelumnya bisa memberi makan untuk 6 juta orang. Hal seperti inilah yang membuat organisasi dunia itu memperkirakan krisis kelaparan global akan semakin parah tahun depan.

“Mereka (penyalur bantuan) mengatakan, ‘Saat ini kami mengambil (jatah bantuan) dari yang lapar untuk memberi makan yang kelaparan’,” kata Rania Dagash-Kamara selaku asisten direktur eksekutif organisasi untuk kemitraan dan mobilisasi sumber daya WFP dalam sebuah wawancara.

Sementara itu, pejabat PBB terkait hanya bisa mengatakan bahwa peningkatan krisis kelaparan global ini dapat terjadi imbas konflik meluas, kerusuhan politik, dan cuaca ekstrem. Sebab semua faktor tersebut merupakan hal yang dapat memicu kelaparan.

“Kami terpaksa mengurangi permohonan bantuan kepada mereka yang sangat membutuhkan,” kata Tom Fletcher selaku Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat kepada Reuters.

Negara-Negara Kaya Pangkas Dana Bantuan

PBB Melaporkan mayoritas dana kemanusiaan berasal dari tiga negara kaya sebagai pendonor utama yakni Amerika Serikat (AS), Jerman, dan Komisi Eropa. Mereka memberikan 58% dari US$ 170 miliar yang dicatat oleh PBB sebagai respons terhadap krisis dari tahun 2020 hingga 2024.

Namun tekanan finansial dan perubahan politik dalam negeri mengubah keputusan beberapa negara kaya tentang bagaimana dan berapa banyak dana bantuan yang harus diberikan. Misalkan saja Jerman yang telah memangkas dana sebesar US$ 500 juta dari tahun 2023-2024.

Kabinet negara tersebut telah merekomendasikan pengurangan bantuan kemanusiaan sebesar US$ 1 miliar lagi untuk tahun 2025. Parlemen baru akan memutuskan rencana pengeluaran tahun depan setelah pemilihan federal pada Februari.

Sementara tiga negara kaya lain seperti China, Rusia, dan India secara kolektif menyumbang kurang dari 1% dari dana kemanusiaan yang dilacak PBB selama periode yang sama.

PBB mencatat China berada di peringkat ke-32 di antara negara pemberi dana bantuan terbesar pada tahun 2023, dengan total sumbangan US$ 11,5 juta dalam bentuk bantuan kemanusiaan. Padahal negara ini memiliki PNB terbesar kedua di dunia.

Kemudian India berada di peringkat ke-35 tahun itu, dengan bantuan kemanusiaan sebesar US$ 6,4 juta. Sementara negara ini memiliki PNB terbesar kelima.

(kil/kil)

Membagikan
Exit mobile version