Selasa, Juli 2


Jakarta

Badan PBB untuk Narkotika belakangan mewanti-wanti munculnya sekelompok opioid sintetik kuat, peningkatan pemakaian di sejumlah masyarakat memicu lonjakan kasus kematian. Efeknya dinilai lebih fatal dari fentanil yang sempat heboh membuat banyak warga AS tergeletak di jalanan bak terkena wabah ‘zombie’.

“Nitazenes, sekelompok opioid sintetik yang bahkan lebih kuat daripada fentanil, baru-baru ini muncul di beberapa negara berpendapatan tinggi, mengakibatkan peningkatan kematian akibat overdosis,” menurut Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan atau United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) dalam siaran persnya, Rabu (26/5/2024).

Laporan tahunan mereka mencatat bahwa obat tersebut telah ditemukan di Belgia, Kanada, Estonia, Latvia, Slovenia, Inggris sampai Amerika Serikat.


Organisasi lain, termasuk Pusat Pemantauan Narkoba dan Kecanduan Narkoba Eropa atau European Monitoring Centre for Drugs and Drug Addiction (EMCDDA), juga telah memperingatkan munculnya nitazene.

Produksi opium global turun 74 persen pada 2023, menurut catatan UNODC, setelah Taliban melarangnya di Afghanistan, yang merupakan produsen utama opium.

“Kemurnian heroin di pasaran diperkirakan akan menurun,” kata UNODC, seraya memperingatkan bahwa pengguna heroin dapat beralih ke opioid lain karena obat tersebut menimbulkan risiko signifikan terhadap kesehatan.

Kepala peneliti UNODC Angela Me mencatat bahwa saat ini tidak ada kekurangan heroin, tetapi dalam beberapa kasus kematian akibat overdosis, nitazene yang sebagian besar berasal dari China, diperkirakan telah dicampur ke dalam heroin.

Sementara itu, pasar kokain masih berkembang pesat, dengan pasokan kokain global terus meningkat ke rekor tertinggi lebih dari 2.700 ton pada tahun 2022, naik 20 persen dari tahun sebelumnya.

“Ini berkembang di luar dua pasar tradisional, AS dan Eropa Barat dan Tengah, tetapi juga, misalnya, di Afrika, saat perdagangan manusia melalui Afrika meningkat,” katanya.

Budidaya semak koka secara global, sebagian besar di wilayah Andean di Amerika meningkat 12 persen antara tahun 2021 dan 2022 menjadi 355.000 hektar.

Secara keseluruhan, hampir 292 juta orang atau 1 dari 18 populasi dunia menggunakan narkoba pada 2022, 20 persen lebih banyak dibandingkan satu dekade sebelumnya, yang sebagian disebabkan oleh pertumbuhan populasi, menurut catatan UNODC.

Pada 2022, ganja tetap menjadi narkoba paling banyak digunakan di seluruh dunia, dengan perkiraan 228 juta pengguna.

Diikuti oleh opioid, sebanyak 60 juta, stimulan jenis amfetamin, sebanyak 30 juta, dan kokain dan ekstasi, masing-masing sebanyak 23 juta dan 20 juta, menurut UNODC.

Legalisasi ganja di puluhan yurisdiksi di AS tampaknya telah mempercepat penggunaan obat-obatan terlarang dan menyebabkan diversifikasi produk ganja, kata badan tersebut.

(naf/kna)

Membagikan
Exit mobile version