Jumat, November 1
Banda Aceh

Museum Tsunami Aceh adalah bangunan yang didirikan untuk memperingati bencana tsunami yang terjadi di Aceh pada 26 Desember 2004. Mari kita lihat lebih dekat:

Museum Tsunami Aceh berada di kota Banda Aceh dan terletak tidak jauh dari Masjid Raya Baiturrahman. Lebih tepatnya bangunan ini terletak di Jalan Sultan Iskandar Muda No 3, Sukarami, Kecamatan Baiturrahman, Banda Aceh.

Museum ini berdiri pada tanggal 23 Februari 2009. Bangunan Museum Tsunami Aceh dirancang oleh Mantan Gubernur Jawa Barat yaitu Ridwan Kamil. Beliau berhasil memenangkan sayembara tingkat internasional pada tahun 2007 dalam rangka memperingati tsunami Aceh 2004.


Ridwan Kamil mendesain Museum Tsunami Aceh dengan mengusung tema “Rumoh Aceh as Escape Hill”. Rancangan ini mengadaptasi dari konsep rumah panggung yang menjadi ciri khas rumah tradisional Aceh.

Bangunan Museum Tsunami Aceh diresmikan pada bulan Februari 2008 dan baru dibuka untuk umum pada 8 mei 2011. Bangunan Museum Tsunami Aceh memiliki desain yang sangat simbolis. Saat pertama masuk, terdapat lorong tsunami yang gelap dan sempit, menggambarkan saat mencekam ketika tsunami melanda.

Setelah melewati lorong tsunami, berikutnya terdapat ruang memorial yang menampilkan nama-nama korban tsunami, ini juga bisa menjadi pengingat betapa mengerikannya tsunami di Aceh yang memakan banyak korban jiwa.

Museum Tsunami ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat mengenang tragedi, tetapi juga sebagai pusat edukasi. Melalui berbagai pameran dan instalasi, pengunjung dapat belajar tentang pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana.

Di dalam Museum Tsunami Aceh, terdapat berbagai instalasi edukatif yang memberikan informasi tentang penyebab tsunami, bagaimana cara menghadapinya, dan langkah-langkah mitigasi yang bisa dilakukan.

Ruang edukasi ini sering digunakan untuk seminar dan workshop tentang penanggulangan bencana, bekerja sama dengan berbagai lembaga nasional dan internasional. Museum Tsunami Aceh memiliki sekitar 6.038 koleksi.

Koleksi ini tidak dipamerkan secara serentak, beberapa di antaranya diperlihatkan saat pameran temporer. Pengelola museum merotasi koleksi setiap enam bulan sekali.

Dalam satu pameran, terdapat sekitar 1.300 koleksi yang tersebar di tiga titik, yaitu rumah Aceh, pameran temporer, dan ruang pameran tetap.

Museum Tsunami Aceh selain sebagai bangunan yang diperingati terjadinya Tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 juga bisa menggambarkan dan menunjukkan betapa kuat dan semangatnya masyarakat Aceh untuk segera bangkit kembali setelah bencana.

Membagikan
Exit mobile version