Selasa, Oktober 1

Jakarta

Terhitung mulai Minggu, 29 September 2024, Bumi akan mendapatkan ‘bulan kedua’ yang berasal dari asteroid kecil bernama 2024 PT5. Benda antariksa tersebut terperangkap oleh gravitasi Bumi, namun waktunya tidak akan bertahan lama.

Asteroid 2024 PT5 yang biasanya mengorbit Matahari karena merupakan bagian dari sabuk asteroid kecil yang mengikuti Bumi. Hanya saja dari tanggal 29 September sampai 25 November 2024.

“Menurut data terbaru yang tersedia dari sistem Horizons Laboratorium Propulsi Jet NASA, penangkapan sementara akan dimulai pada pukul 15:54 EDT dan akan berakhir pada pukul 11:43 EDT pada tanggal 25 November 2024,” ujar pakar astronomi dari Universidad Complutense de Madrid, Carlos de la Fuente Marcos, dikutip dari Space, Sabtu (28/9/2024).


Marcos menjelaskan objek yang akan mengunjungi Bumi itu termasuk dalam sabuk asteroid Arjuna, yakni sabuk asteroid sekunder yang terbuat dari batuan angkasa yang mengikuti orbit yang sangat mirip dengan Bumi pada jarak rata-rata ke matahari sekitar 93 juta mil (150 juta kilometer).

“Objek di sabuk asteroid Arjuna merupakan bagian dari populasi objek dekat Bumi berupa asteroid dan komet,” ucapnya.

Meskipun penyebutan Bumi mendapatkan bulan kedua terdengar luar biasa, peristiwa penangkapan asteroid oleh gravitasi Bumi ini sebenarnya cukup umum.

“Beberapa objek sabuk asteroid Arjuna dapat mendekati Bumi pada jarak dekat sekitar 2,8 juta mil (4,5 juta kilometer) dan pada kecepatan yang relatif rendah, kurang dari 2.200 mil per jam (3.540 km/jam),” kata Marcos.

Setelah mengelilingi Bumi untuk sementara, asteroid 2024 PT5 akan terus mengorbit Matahari layaknya tugas asteroid tersebut yang bagian dari asteroid Arjuna.

Sebagai informasi, asteroid 2024 PT5 bukanlah asteroid pertama yang terperangkap oleh gravitasi Bumi. Sebelumnya pernah terdeteksi benda antariksa yang juga mengitari Bumi dalam waktu seminggu. Diperkirakan juga pernah ada asteroid yang mengalami kejadian serupa dalam beberapa dekade tapi tidak tercatat.

Penjelasan BRIN

Fenomena ‘bulan kembar’ yang baru-baru ini ramai diperbincangkan oleh netizen di media sosial dan memunculkan berbagai spekulasi. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pun mengungkapkannya dari sisi penjelasan ilmiah.

Menurut Peneliti Utama BRIN Thomas Djamaluddin, istilah ‘bulan kembar’ tersebut sebenarnya tidak sepenuhnya tepat.

“Bulan adalah satu-satunya satelit alami Bumi yang ukurannya besar dan terlihat dengan mata telanjang. Namun, pada periode tertentu, objek lain seperti asteroid dapat terperangkap dalam gravitasi Bumi dan sementara waktu mengelilingi Bumi. Objek ini sering disebut sebagai ‘bulan mini’ atau ‘mini moon’,” ujar Thomas seperti dalam siaran pers BRIN yang dikutip detikINET, Rabu (25/9/2024).

“Asteroid ini bukan bulan kedua, tetapi karena terjebak sementara dalam orbit Bumi, beberapa media menyebutnya sebagai ‘bulan mini’,” jelas Thomas.

Berbeda dengan Bulan yang diameter yang mencapai 3.473 kilometer, sedangkan asteroid 2024 PT5 berukuran sangat kecil, hanya sekitar 10 meter.

“Ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan bulan, jadi tidak mungkin terlihat seperti bulan purnama yang kita lihat di langit. Orbitnya juga tidak berbentuk lingkaran sempurna, dan hanya sekali mengelilingi Bumi sebelum akhirnya lepas kembali ke orbit asalnya mengelilingi Matahari,” tambah Thomas.

“Asteroid semacam ini sering kali terdeteksi dan tidak berbahaya. Asteroid seukuran itu pernah jatuh di perairan Bone, Sulawesi, pada 2009. Namun, karena orbitnya terjebak di gravitasi Bumi untuk sementara waktu, ia dianggap menarik untuk diamati oleh para astronom,” katanya.

Meski banyak yang penasaran, asteroid 2024 PT5 tidak dapat diamati dengan mata telanjang. Thomas menjelaskan bahwa asteroid ini terlalu redup dan kecil untuk bisa dilihat tanpa bantuan alat khusus.

(agt/agt)

Membagikan
Exit mobile version