Kamis, Oktober 3


Jakarta

Moo Deng viral dan membawa berkah bagi kebun binatang, karena mendatangkan banyak pengunjung. Namun di saat bersamaan, kebun binatang mendapatkan tatapan sinis dari aktivis hewan.

Moo Deng, seekor kuda nil kerdil di Kebun Binatang Terbuka Khao Kheow di Provinsi Chon Buri, telah menjadi sensasi global. Tetapi, kritik keras datang dari aktivis People for the Ethical Treatment of Animals (PETA)

Dilansir dari thaiger, Rabu (2/10/2024) PETA mengutuk kebun binatang karena menahan Moo Deng di penangkaran dan memamerkannya di depan banyak orang sama. Mereka menganggap apa yang dilakukan Kebun Binatang Terbuka Khao Kheow di provinsi Chon Buri, dengan penyiksaan hewan.


“Tidak ada yang lucu tentang bayi yang lahir di penangkaran. Kuda nil memang seharusnya hidup di alam liar, tetapi Moo Deng tidak akan pernah hidup di luar kandang. Ia menghadapi kurungan seumur hidup, kehilangan kebebasannya dan kesempatan untuk merasakan habitat alaminya dan struktur sosial spesiesnya,” tulis PETA dalam akun Facebooknya dengan menuliskan pernyataan dari Jason Baker, wakil presiden Senior PETA.

Baker juga menekankan bahwa satwa liar tidak untuk hiburan manusia dan mendesak kebun binatang untuk mengakhiri siklus kejam ini. PETA telah menawarkan dukungannya untuk merelokasi Moo Deng ke tempat perlindungan satwa liar.

Direktur kebun binatang, Narongwit Chodchoi, menegaskan bahwa mereka merawat lebih dari 2.000 hewan, yang semuanya menerima perawatan terbaik dan memastikan kesejahteraan dan kualitas hidup mereka. Mengenai Moo Deng, kebun binatang telah mengambil langkah-langkah untuk mengelola situasi tersebut, membatasi jumlah pengunjung menjadi 30 hingga 50 orang per putaran, dengan setiap putaran berlangsung sekitar lima menit, untuk menghindari kepadatan pengunjung.

Pernyataan PEKA pun dibalas oleh Masyarakat Thailand untuk Pencegahan Kekejaman terhadap Hewan (TSPCA). Mereka mengatakan PETA tak punya cukup data terkait Moo Deng.

Sathit Pratchaya-ariyakun, Sekretaris TSPCA, pada 30 September menyatakan bahwa organisasi tersebut mungkin tidak memiliki semua fakta tentang Moo Deng dan mengandalkan kampanye perlindungan satwa liar yang sudah ketinggalan zaman.

Sathit mencontohkan industri kelapa Thailand sangat menderita akibat boikot PETA sebelumnya. Ia mengakui bahwa beberapa informasi PETA valid dan berguna, tetapi menekankan bahwa beberapa detail tidak lengkap dan hanya berasal dari satu sisi cerita.

Ia menyerukan dialog yang saling menghormati, di mana semua pihak saling mendengarkan dan menyelesaikan masalah jika perlu sambil memberikan kesempatan untuk mengklarifikasi kesalahpahaman.

Sathit juga meyakinkan publik bahwa perawatan Moo Deng memenuhi standar internasional, diawasi oleh staf di Kebun Binatang Terbuka Khao Kheow, yang diakreditasi oleh Asosiasi Kebun Binatang dan Akuarium Dunia (WAZA) dan beroperasi sesuai dengan Undang-Undang Pencegahan Kekejaman terhadap Hewan dan Kesejahteraan Hewan.

Ia mengakhiri dengan mendorong penjaga kebun binatang dan staf lain di kebun binatang untuk melanjutkan pekerjaan baik mereka, tetapi menyarankan mereka untuk meminimalkan kontak fisik dengan Moo Deng, karena hal itu mungkin dianggap tidak pantas oleh beberapa pengamat.

(sym/fem)

Membagikan
Exit mobile version