Selasa, Januari 21


Klaten

50 Tahun yang lalu, seorang petani di Klaten, Jawa Tengah menemukan sebuah candi. Sampai sekarang, penemuan candi bernama Karangnongko itu masih misterius.

Candi Karangnongko merupakan salah satu dari sejumlah candi yang tersisa di Kabupaten Klaten. Sejak ditemukan tahun 1970-an, sejarah candi di Dusun Karangnongko, Desa Karangnongko, Kecamatan Karangongko, ini masih misterius.

Candi Karangnongko terletak di tengah sawah. Candi itu juga berada di tepi sungai dan di kedalaman tanah sekitar satu meter. Jaraknya dari kota Klaten sekitar 16 kilometer ke arah barat laut searah dengan Gunung Merapi.


Candi Karangnongko hanya berjarak sekitar 1 kilometer di selatan Candi Merak. Dari jalan raya Klaten-Karangnongko, bangunan candi Karangnongko tidak terlihat meskipun jaraknya hanya sekitar 100 meter.

Penyebab candi itu tidak terlihat karena bangunannya sudah runtuh. Di lokasi yang diberi pagar pengaman kawat besi dan papan dari BPK wilayah X itu hanya ada reruntuhan batu andesit dan sebagian batunya ditumpuk.

Di dalam kompleks lahan seluas sekitar 2.000 meter persegi itu bangunan induk candi berukuran sekitar 3×3 meter, ada batu bata merah berundak di barat dan lantainya.

Bebatuan yang menyerupai gapura ada di sisi selatan. Di bangunan candi induk hanya ada batu-batu komponen candi, sebuah lingga setinggi sekitar 1 meter, fragmen, kemuncak, dan lainnya.

Sebuah arca patah tersisa kaki dengan posisi duduk di atas Yoni lapik diletakkan di barat daya bersama batu-batu relief, batu kulit candi, doorpel kala dan lainnya. Demikian juga di tenggara, bebatuan candi hanya ditumpuk dan masih menyisakan misteri.

“Bangunan Candi Karangnongko di Kabupaten Klaten masih menyimpan banyak misteri yang belum terpecahkan terkait dengan keberadaannya. Kekurangan data yang valid serta dapat dipertanggungjawabkan akan membuat candi ini memiliki nilai kecagarbudayaan yang kecil,” kata Pamong Budaya Ahli Muda Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) X, Wahyu Broto Raharjo, Minggu (19/1/2025) siang.

Wahyu menambahkan candi tersebut menurut beberapa informasi dan telah ditulis peneliti ditemukan tahun 1970-an. Namun siapa yang membangun candi tersebut sampai kini juga belum ada data valid.

“Hingga saat ini masih belum bisa ditentukan siapa pembangun Candi Karangnongko karena keterbatasan informasi mengenai hal ini. Dengan kata lain belum ditemukan adanya prasasti yang berhubungan,” terang Wahyu Broto.

Selain itu, sebut Wahyu Broto, belum ada kesimpulan apakah candi tersebut merupakan candi Hindu atau Budha.

“Hingga saat ini belum ada kesepakatan di antara para ahli tentang dasar keagamaan bangunan Candi Karangnongko dikarenakan keterbatasan informasi yang tersedia. Baik yang ada pada bangunan, arca yang ada maupun prasasti yang berkaitan dengan bangunan candi tersebut. Candi Karangnongko ada yang berpendapat dibangun pada abad ke-8-9 Masehi,” papar Wahyu Broto.

Candi Karangnongko diketemukan di tengah sawah yang jika dilihat dari permukaan tanah di sekitarnya, dimungkinkan terkubur lebih kurang satu meter.

Dari hasil penelitian, tanah di Kecamatan Karangnongko adalah tanah regosol kelabu, yaitu tanah yang bahan induk berupa abu dan pasir vulkan intermedier.

“Ini berarti merupakan tanah permukaan pendirian bangunan. Sedangkan kondisi bangunan candi tersebut terpendam sehingga terdapat suatu lapisan endapan, yang paling tepat memendam candi tersebut adalah endapan vulkanik Gunung Merapi dan bukan lapisan endapan aluvial (endapan sungai) karena letak bangunan yang lebih tinggi dari aliran sungai Poitan,” papar Wahyu Broto.

Candi Karangnongko Ditemukan oleh Petani

Juru pelihara Candi Karangnongko, Tri Susanto (29) menuturkan candi tersebut ditemukan tahun 1970-an. Penemuan pertama oleh petani yang menggarap sawah.

“Dulu di sini daerah pertanian, yang menemukan ya petani yang menggarap sawah. Candi menghadap ke barat tapi sejarahnya seperti apa belum ada informasi,” jelas Tri, yang asli penduduk Karangnongko kepada detikJateng.

Menurut Tri, luas kompleks candi 2.200 meter persegi. Nama sebenarnya candi tersebut juga belum jelas karena minimnya informasi.

“Hanya disebut situs Candi Karangongko, kalau mamanya apa ya belum tahu. Saat ditemukan dulu terkubur tanah tapi sekarang setiap hari dirawat dan dijaga,” imbuh Tri.

——-

Artikel ini telah naik di detikJateng.

(wsw/wsw)

Membagikan
Exit mobile version