Minggu, September 29

Jakarta

Ada benua kedelapan yang menghilang lantaran tenggelam di bawah permukaan laut. Benua tersebut bernama Zealandia atau Te Riu-a-Māui dalam bahasa Maori.

Pada 2017, sekelompok ilmuwan dari GNS Science yang bermarkas di Selandia Baru mengemukakan temuan bahwa peta dunia yang selama ini kita gunakan dan pelajari tidaklah lengkap.

Melalui studi terbaru yang diterbitkan di jurnal ilmiah Tectonics, para peneliti ini kembali membuat terobosan dengan berhasil memetakan Zealandia.


Dikutip dari EOS.org, Jumat (27/9/2024) Zealandia sebenarnya tidak sepenuhnya menghilang dari permukaan. Sebanyak 95% bagian dari benua ini tenggelam dan sisanya merupakan daratan yang sekarang kita kenal sebagai Selandia Baru dan Kaledonia Baru.

Benua ini diperkirakan memiliki luas hingga 5 juta kilometer persegi. Bagaimana benua ini bisa terbentuk sampai akhirnya tenggelam?

Spekulasi Selama Ratusan Tahun

Spekulasi mengenai keberadaan Zealandia sudah muncul sejak era Kekaisaran Romawi, ketika ahli geografi dan astronomi bernama Ptolemeus berteori bahwa di dunia belahan selatan terdapat daratan yang menyeimbangi benua di bagian utara.

Namun saat itu, benua imajiner ini disebut sebagai Terra Australis Incognita dalam bahasa latin, yang berarti ‘Tanah Selatan yang Tidak Diketahui’.

Pada 1642, seorang penjelajah kelahiran Belanda bernama Abel Tasman bertekad untuk menemukan keberadaan benua itu. Dari Batavia, ia berangkat dengan dua kapal kecil hingga akhirnya tiba di selatan Selandia Baru.

Sesampai di sana, daratan yang terhampar di depannya lebih kecil dari yang ia bayangkan. Pertempuran pun pecah antara rombongan Tasman dengan suku Maori yang mendiami daratan tersebut. Tasman akhirnya memutuskan untuk pulang dan tak pernah kembali ke sana.

Kendati demikian, banyak penjelajah dan peneliti yang mengikuti jejak Tasman untuk menemukan serta meneliti benua selatan yang misterius tersebut. Pada 1995, seorang ahli geofisika Amerika bernama Bruce Luyendyk memberi nama benua ini ‘Zealandia’ dan digunakan hingga sekarang.

Akhirnya, 375 tahun kemudian, teori yang ingin dibuktikan oleh Tasman menjadi kenyataan. Selandia Baru nyatanya merupakan sebagian kecil dari benua yang lebih luas.

Bukti-bukti Zealandia

Ada beberapa temuan yang membuktikan bahwa daratan yang terendam di bawah perairan Selandia Baru merupakan sebuah benua. Pertama, daratan yang terendam ini berada di kedalaman 1.000 meter di bawah permukaan laut, jauh lebih dangkal dibandingkan kerak samudra di sekitarnya yang berada 3.000 meter lebih dalam.

Kedua, batuan yang diambil dari Zealandia memiliki komposisi yang berbeda dengan batuan dari kerak samudra. Kerak samudra terbuat dari batu basal, sedangkan sampel yang diambil menunjukkan Zealandia terdiri dari komposisi yang bervariasi, terdiri dari granit, batu gamping, serta batu pasir yang lazim ditemui dalam kerak benua.

Salah satu peneliti yang memetakan Zealandia, Nick Mortimer, berpendapat bahwa benua ini terbentuk 85 juta tahun yang lalu ketika superbenua Gondwana terpecah dan membentuk benua-benua yang kita kenal hari ini.

Ketika terpecah, Zealandia mengalami peregangan yang membuat keraknya menipis. Karenanya, sebagian besar daratan benua ini pun akhirnya tenggelam seiring waktu.

Apakah penemuan ini akan mengubah pengetahuan geografi dunia secara signifikan? Berhubung daratannya terendam air, secara teknis temuan ini tidak terlalu berpengaruh bagi masyarakat global kecuali bagi ahli geografi dan geologi yang menjelajahi kelautan.

Namun jika Selandia Baru mengklaim wilayah yang baru ditemukan ini, mereka bisa memperluas batas wilayah hingga enam kali lipat dan berhak untuk memanfaatkan sumber daya mineral serta minyak yang ada di dalamnya.

(rns/fay)

Membagikan
Exit mobile version