Jakarta –
Ular kobra raja atau king cobra, ular berbisa terpanjang di dunia, sebenarnya terdiri dari empat spesies berbeda. Hal ini merupakan misteri selama ratusan tahun yang dipecahkan para ilmuwan dalam sebuah penelitian baru.
Selama 188 tahun, ular kobra raja diwakili hanya satu spesies, Ophiophagus hannah. Namun, spesies yang tersebar luas ini menunjukkan perbedaan besar dalam warna tubuh dan karakteristik fisik lain di berbagai wilayah, membuat para ilmuwan mempertanyakan apakah mereka spesies tunggal.
Dalam penelitian di 2021, para ilmuwan mengonfirmasi perbedaan genetik antara populasi ular kobra raja. Berdasarkan penelitian ini, ilmuwan membandingkan perbedaan fisik spesimen museum dan mengidentifikasi empat spesies terpisah yaitu ular kobra raja utara (O. hannah), ular kobra raja Sunda (Ophiophagus bungarus), ular kobra raja Ghats Barat (Ophiophagus kaalinga), dan ular kobra raja Luzon (Ophiophagus salvatana). Temuan tersebut dipublikasikan di European Journal of Taxonomy.
“Saya merasa seperti menciptakan sejarah,” kata penulis studi Gowri Shankar Pogiri, direktur Kalinga Centre for Rainforest Ecology yang dikutip detikINET dari Live Science.
King kobra hidup di lingkungan lembap, termasuk hutan terbuka dan rawa bakau lebat, dari India utara hingga China selatan dan di seluruh Asia Tenggara. Penampilan mereka bervariasi dalam warna tubuh, pola, dan ukuran.
Dalam studi tahun 2021, analisis DNA mengidentifikasi empat garis keturunan genetik berbeda. Studi baru mengamati perbedaan fisik 153 spesimen museum. Analisis tubuh, termasuk pola warna, lebar tubuh, dan gigi membuat peneliti mengidentifikasi empat spesies yang sesuai dengan garis keturunan genetik yang ditemukan di studi 2021.
Ular kobra raja utara (O. hannah) tersebar luas di seluruh sub-Himalaya, India timur, Myanmar, dan Indochina, dan meluas hingga semenanjung Thailand. Ular kobra dewasa dihiasi pita kuning bertepi gelap dan memiliki antara 18 dan 21 gigi.
Ular kobra raja Sunda (O. bungarus) hidup di Semenanjung Malaya dan pulau-pulau di Sunda Besar, termasuk Sumatra, Kalimantan, dan Jawa di Indonesia, serta di Mindoro di Filipina. Individu besar spesies ini biasanya tidak memiliki pita atau memiliki pita sempit dan pucat dengan tepi gelap di sepanjang tubuh.
Ular kobra raja Ghats Barat (O. kaalinga) terbatas di Ghats Barat di Semenanjung India. Spesies ini berbeda dari O. bungarus karena tidak memiliki tepi gelap di sekitar pita pucat di tubuhnya.
Seperti O. kaalinga, ular kobra raja Luzon (O. salvatana) mendiami Luzon, pulau di Filipina. Ular ini memiliki pita tubuh pucat yang sangat bersudut dibandingkan pita pada tiga spesies lain.
King cobra termasuk ular paling berbisa dan melepas racun dosis besar dalam satu gigitan, dapat membunuh manusia dalam 15 menit. Studi baru bisa menjadi langkah pertama mengembangkan antibisa lebih baik. Pogiri yakin mungkin ada lebih banyak spesies ular kobra raja yang belum ditemukan di area yang tidak menjadi bagian dari penelitian ini.
Saksikan juga Blak-blakan: Adi Wibowo Bangun Kota Pasuruan Lewat Wisata Religi Hingga Heritage
[Gambas:Video 20detik]
(fyk/fyk)