Sabtu, November 30


Jakarta

Komite Olimpiade Indonesia (KOI) berharap Indonesia lebih banyak mencetak Olympian di masa mendatang. Maka mereka mulai menggelorakan semangat olympism ke anak-anak muda.

Gerakan itu pun mulai dilakukan KOI melalui National Olympic Academy (NOA Indonesia) dalam diskusi inspiratif bertajuk “The Olympian Journey” berkolaborasi dengan US Embassy, dan Garudaku Academy di @America Pacific Place, Jakarta, Kamis (28/11/2014).

Acara ini membahas perjalanan seorang atlet menuju panggung Olimpiade serta peran dari support system-nya. Bagaimana pun, menjadi seorang Olympian adalah puncak tertinggi yang didambakan setiap atlet.


Salah satu cerita sukses tersebut datang dari Rifda Irfanaluthfi, atlet senam pertama Indonesia yang mencatat sejarah tampil di Olimpiade Paris 2024 dan Maryam March Maharani yang adalah atlet judo Indonesia.

“Ini adalah salah satu cara kami di KOI (NOC Indonesia) bersama dengan NOA Indonesia untuk menginspirasi masyarakat dalam memahami bahwa kesuksesan di Olimpiade tidak hanya tentang prestasi, tetapi juga tentang semangat dan nilai-nilai olympism yang membentuk karakter seorang atlet,” ujar Ketua Umum KOI Raja Sapta Oktohari dalam keterangannya.

“Kisah Rifda dan Rani adalah bukti nyata nilai-nilai Olimpiade, seperti dedikasi, pengorbanan, dan keberanian untuk terus maju. Ini menjadi bagian dari cara kami di NOC Indonesia menyebarkan nilai-nilai olympism, khususnya excellent, friendship dan respect.”

“Agar pemahaman dan jiwa Olympic itu bisa tertanam di setiap irisan bangsa Indonesia, apalagi anak-anak muda. Saya yakin itu akan berdampak sekali kepada mereka apalagi yang suka berolahraga. Selain itu, orang jadi punya cita-cita menjadi atlet, pelatih, wasit, EO olahraga, banyak sekali peluang yang dibuka olahraga dan akhirnya olahraga jadi bagian hidup dan menghasilkan prestasi membanggakan ke depannya,” ujarnya.

Dalam diskusi tersebut, Rifda dan Rani berbagi pengalaman tentang pentingnya peran dari keluarga, pelatih, dan federasi sebagai support system dalam mencapai mimpinya tampil di Olimpiade. Rifda menampilkan performa penuh perjuangan di Bercy Arena, Paris, dalam nomor All Around, meski tengah menghadapi cedera di bagian meniskus dan ACL.

“Nilai-nilai Olimpiade seperti disiplin dan ketangguhan mental menjadi pedoman saya dalam menghadapi setiap tantangan. Jadi meski saya dalam kondisi cedera, saya punya tekad untuk tetap menyelesaikan apa yang sudah saya impikan, tampil di Olimpiade,” kata Rifda.

Sementara Rani merupakan judoka putri Indonesia yang lolos ke Olimpiade dalam 32 tahun terakhir usai menempati peringkat keenam continental Asia. Bahkan, dia mampu melampaui capaian Olympian judo sebelumnya, Krisna Bayu dan I Putu Wiradamungga Adesta, karena mampu mencapai babak 16 besar Paris 2024.

“Support System baik dari pengurus cabang olahraga, keluarga, maupun teman-teman menjadi salah satu motivasi terbesar saya dalam meraih mimpi tampil di Olimpiade. Terutama di saat sedang lelah kehadiran mereka bisa membuat saya tetap semangat untuk memberikan yang terbaik,” kata Rani.

Ita Yuliati selaku Ketua Umum Persani juga menyoroti pendekatan teknis dan mental yang diterapkan federasi untuk mempersiapkan atlet menuju debut senam Indonesia di Olimpiade Paris 2024. Ia juga menjelaskan rencana ke depan, termasuk persiapan menjadi tuan rumah Kejuaraan Dunia FIG Artistic 2025 di Jakarta.

“Kami di Persani dan Rifda berjuang bersama-sama untuk mewujudkan mimpi meloloskan atlet senam Indonesia untuk pertama kalinya ke Olimpiade. Butuh support system yang kuat untuk bisa membuat semua ini bisa terjadi. Kami berharap apa yang dialami Rfida dapat memotivasi generasi muda untuk menjadikan nilai-nilai Olimpiade sebagai inspirasi hidup. Terima kasih kepada US Embassy, NOC Indonesia dan Garudaku Akademi atas kolaborasi ini,” kata Ita.

(mcy/mrp)

Membagikan
Exit mobile version