Senin, Oktober 14


Jakarta

Budaya Betawi mengalami perubahan. Masyarakat berupaya melestarikannya melalui adaptasi dengan kondisi saat ini.

Masyarakat Betawi berupaya menjaga budaya melalui berbagai cara, mulai dari kesenian, kuliner. hingga bersosial. detikTravel berkunjung Perkampungan Budaya Betawi di Setu Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan pada Jumat (11/10/2024). Di sana selain masyarakat bisa melihat dan belajar tentang ragam budaya dan sejarah Betawi, juga bisa menikmati suasana dan bersantai di pinggiran setu.

Bertemu dengan warga setempat yang sudah 42 tahun menetap di wilayah itu, Dede, menuturkan jika budaya Betawi di wilayahnya kini sudah tak terasa seperti kala ia kecil atau seperti diceritakan orang tuanya.


“Kalau orang Betawi dulu itu setiap ngadain adat budaya Betawi seperti pindahan rumah, aqiqah, injek-injek tanah, potong rambut, pernikahan, terus sunatan itu lebih terasa auranya enaknya dibandingkan sekarang,” kata Dede sembari bersantai di pinggir setu.

Dede, warga kampung Bewati Setu Babakan (Muhammad Lugas Pribady/detikcom)

Dede mengatakan saat ini, sebagian tradisi itu masih dijalankan, tetapi banyak juga yang sudah meninggalkannya. Kalau pun dilaksanakan kadang-kadang hanya sebagai prosesi.

Dede mencontohkan tradisi Betawi tentang pindahan rumah. Saat kecil, pindahan rumah adalah memindahkan bangunan rumah sebenar-benarnya. Cara itu bisa dilakukan karena dahulu rumah Betawi dibangun dari kayu dan jalanan pun luas, sehingga leluasa memindahkan rumah. Tetapi, kini cara itu tidak bisa dilakukan. Kini, prosesi pindahan rumah dibuat lebih sederhana.

“Nah kalau sekarang makin kemari-mari, pindahan rumah itu diambil tanah dari rumah yang sekarang. Jadi tanah diambil segenggam terus dibawa ke tempat kita mau pindah ke mana, terus ditaruh di situ,” kata dia.

Sementara untuk budaya dalam aspek kesenian pun sudah jarang dipentaskan. Untungnya, pentas seni Betawi terawat di sejumlah sanggar seperti tari ataupun silat. Salah satunya di Perkampungan Budaya Betawi.

“Kalau ini nggak ada yang mungkin punah,” kata dia.

Perubahan Pola Penguatan Budaya di Masyarakat Betawi

Ketua Umum Lembaga Kebudayaan Betawi, Beki Mardani, menyebut Jakarta sebagai melting point beragam penduduk Indonesia. Sehingga, percampuran budaya di Jakarta begitu kuat dan membuat masyarakat lokal Betawi justru tersingkir ke pinggiran kota.

Walau begitu, Beki mengatakan sebuah penelitian menunjukkan bahwa budaya Betawi masih dominan meski secara demografi sudah tidak sedominan zaman dahulu.

“Walaupun secara demografi di Jakarta ini Betawi tidak dominan tidak nomor satu, tetapi secara budaya tetap dominan. Jadi orang-orang yang bukan dari Betawi pun akhirnya ikut terlibat di dalam aktivitas misalnya Maulid, karena dia kalau di lingkungan Betawi ini kan diajak juga terus, bahkan yang ekstrim lagi konteksnya itu nanti perkawinan antar etnis Betawi dengan luar Betawi,” kata dia.

“Itu ternyata menurut penelitian, salah satu yang melanggengkan budaya Betawi justru perkawinan antar etnis. Dan jumlahnya paling tinggi dibanding etnis lain, kenapa? Wajar, Betawi yang kawin sama Padang banyak, yang sama Sunda banyak, sama Jawa banyak, sama Batak juga ada. Ini karena memang nilai-nilai budaya Betawi itu kan yang terbuka mau menerima,” kata Beki.

(upd/fem)

Membagikan
Exit mobile version