Senin, Maret 31
Jakarta

Semburat jingga matahari memantulkan cahaya kemilau di atas riak kecil ombak perairan laut Banda pagi itu. Kapal yang kami tumpangi melaju tenang menembus kabut tipis yang turun menyelimuti bumi.

Di hadapan kami perlahan mulai terlihat sosok Gunung Api Banda yang berdiri kokoh layaknya sang penjaga Banda Neira. Laut biru sebening kristal di sekeliling kepulauan berwarna hijau itu semakin terlihat menakjubkan seiring pagi beranjak siang.

Pada pulau-pulau tersebut ada bagian sisi pulau yang terbentuk dari dinding batu karang yang ditumbuhi aneka ragam hayati hingga menambah kesan dramatis. Ada pula pantai berpasir putih yang cantik di antara pohon-pohon kelapa dan tanaman vegetasi pantai lainnya.


Selasa 25 Februari 2025, beberapa hari sebelum bulan ramadan tiba, kami tim PLN UP3 Ambon memulai ekspedisi untuk menyalakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di beberapa pulau yang ada di Kepulauan Banda.

Pulau Sjahrir

Sebelumnya sebagian masyarakat di Kepulauan Banda masih ada yang belum dapat menikmati listrik secara penuh sehari semalam. Pulau pertama yang akan kami nyalakan listriknya adalah Pulau Sjahrir.

Pulau ini ukurannya sangat kecil, nyaris tak terlihat di peta. Letaknya di sisi utara Kepulauan Banda. Dinamakan Pulau Sjahrir karena konon Sutan Sjahrir, salah satu tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia, saat diasingkan oleh Belanda ke Pulau Banda Neira paling sering berkunjung ke pulau ini.

Menjelang siang kapal kami berlabuh di pantai Pulau Syahrir. Kedatangan kami telah dinanti dengan penuh antusias oleh warga dan anak-anak. PLTD Pulau Sjahrir yang baru saja selesai dibangun dengan kapasitas 32 kilo Watt akhirnya menyala dan langsung beroperasi 24 jam.

Kebahagiaan terpancar di wajah-wajah orang tua maupun anak-anaknya yang tulus itu. Kini masyarakat Pulau Sjahrir dapat menikmati listrik 24 jam sehari terus menerus tanpa terputus.

Perjalanan kami berlanjut ke pulau terjauh di ujung timur Kepulauan Banda. Di tengah laut yang tenang tak bergelombang, dan semilir angin yang meniupkan kesejukan, tak disangka tiba-tiba muncul sekelompok lumba-lumba berenang cepat mengiringi kapal kami.

Sesekali mereka melompat ke permukaan air yang berwarna biru seolah ikut gembira dengan kedatangan PLN yang akan menerangi rumah-rumah masyarakat Kepulauan Banda. Sungguh pemandangan pagi yang memberikan rasa damai.

Pulau Hatta

Pulau Hatta, demikian Pemerintah Maluku menamainya untuk mengenang dan menghormati jasa sang Proklamator, yang juga diasingkan bersama Sutan Sjahrir selama 6 tahun sejak 1936 hingga 1942.

Dengan luas hampir 16 km2, Pulau Hatta yang berpantai pasir putih terlihat laksana mutiara yang berkilau di sinari matahari siang itu. Saking jernihnya air laut di sekeliling Pulau Hatta, kita bisa langsung melihat biota dan terumbu karang di bawahnya.

Lagi-lagi kami terharu melihat antusiasme warga yang menyambut kedatangan PLN dengan penuh sukacita. Tim PLN UP3 Ambon berhasil menyalakan PLTD Pulau Hatta dengan kapasitas 200 kilo Watt dari sebelumnya 12 jam menjadi 24 jam.

Walaupun hanya berpenduduk 681 orang, namun masyarakat Pulau Hatta tetap layak untuk mendapatkan layanan listrik 24 jam dari PLN. Selanjutnya kami kembali ke arah barat mengarungi perairan Laut Banda menuju Pulau Ay.

Pulau Ay dan Rhun

Pulau mungil seluas +/- 13 km2 yang eksotis ini ternyata tak hanya menghasilkan pala dan rempah-rempah, namun juga tanaman pertanian, sayuran serta buah-buahan yang cukup beragam.

Ketika tim PLN UP3 Ambon menyalakan PLTD Pulau Ay yang berkapsitas 200 kilo Watt dari yang sebelumnya menyala 12 jam kini 24 jam, warga menyambut dengan penuh syukur dan bahagia.

Listrik ini akan mampu membantu meningkatkan taraf hidup mereka. Terakhir kami berlayar ke Pulau Rhun, pulau kecil yang juga berukuran +/- 13 km2 namun menyimpan jejak sejarah besar.

Pulau ini berada di paling barat Kepulauan Banda. Dahulu, Pulau Rhun berada di bawah kekuasaan Inggris. Namun pesona rempah-rempah, terutama pala yang begitu berharga saat itu, membuat Belanda berambisi untuk memilikinya.

Demi menguasai kepulauan penghasil pala terbesar di dunia ini, Belanda pun rela menukar Pulau Rhun dengan salah satu wilayah kekuasannya yaitu pulau Manhattan di Amerika (dulu bernama Nieuw Amsterdam).

Dengan pertukaran tersebut Manhattan pun menjadi daerah koloni Inggris. Seluruh warga yang telah berkumpul tak kuasa menyembunyikan rasa suka citanya. PLN menyalakan PLTD Pulau Rhun yang berkapasitas 200 kilo Watt dari sebelumnya 12 jam menjadi 24 jam.

Di antara keindahan Pulau Rhun dan senyuman tulus masyarakatnya, kami merasakan kehangatan menyusup di relung hati terdalam. Menurut Manager PLN UP3 Ambon, Kurniawan Fitrianto, layanan kelistrikan 24 jam untuk masyarakat Kepulauan Banda telah lama diperjuangkan oleh PLN.

Kurniawan menjelaskan bahwa peresmian ini adalah wujud komitmen PLN untuk memastikan pemerataan akses kelistrikan yang berkualitas di seluruh wilayah Maluku dan Maluku Utara, khususnya di Kepulauan Banda.

Rangkaian ekspedisi penyalaan listrik di Kepulauan Banda kami tutup dengan kembali ke Pulau Banda Neira dan Pulau Banda. Sore yang syahdu di atas Benteng Belgica dan Benteng Hollandia, dua bangunan bersejarah peninggalan era kolonial yang menjadi saksi bisu perjalanan masyarakat Banda dari masa ke masa.

Kami memandangi Gunung Api Banda yang menjulang gagah dengan keindahan kharismanya. Kepulauan Banda, permata Indonesia yang telah termasyhur sejak ratusan tahun lalu.

Kini ia semakin terang benderang walau di malam hari sekalipun. Ramadaan tahun ini menjadi lebih bercahaya bagi masyarakat Kepulauan Banda.

Membagikan
Exit mobile version