Kamis, Oktober 10

Jakarta

Malaysia kebanjiran miliaran dollar dari raksasa teknologi seperti Google, Microsoft, dan Amazon Web Service (AWS). Indonesia yang data warganya dipanen malah tidak menjadi destinasi utama mereka.

Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia, Budi Arie Setiadi, menyoroti tiga hal yang menjadi faktor mengapa Google Cs lebih memilih Malaysia. Salah satunya karena listrik di negara tetangga Indonesia itu hanya delapan sen per kWh.

“Kedua mereka bebas pajak untuk barang modal, yang ketiga adalah kepastian hukum dalam investasi,” jelas Budi kepada detikINET, di JST1, Jakarta Timur, Jakarta, Rabu (9/10/2024).


Budi bilang ketiga komponen tersebut harus bisa diikuti atau bahkan lebih baik dari Malaysia. Dirinya sangat yakin Indonesia bisa bersaing, mengingat pasar di sini sangat besar dengan 280 juta penduduknya.

“Kalau tiga itu bisa kita deliver harusnya bisa lebih kompetitif Indonesia,” ucap Budi.

Ia menekankan, Google dan kawan-kawan tidak berinvestasi di Indonesia bukan karena kebocoran data yang kerap terjadi. Tapi memang setelah dikaji, tiga faktor itu yang mempengaruhinya.

“Kalau soal kebocoran data atau hal-hal lain di data center itu soal isunya adalah cyber security. Saya yakin mereka juga lebih aware, lebih alert terhadap cyber security,” ujarnya.

Dirinya menegaskan kalau investasi soal reputasi. Jadi ia ingin supaya Indonesia bisa mempermudah suatu pihak yang ingin berinvestasi di dalam negeri.

“Jadi jangan sampai ada kesan kok susah sekali ya investasi di Indonesia, sehingga hambatan-hambatan dalam perlambatan dalam investasi ini harus kita hindari,” kata Budi.

Dikutip dari CNBC Indonesia, wilayah Asia Tenggara menjadi incaran investor asing untuk membangun data center. Namun seperti yang sudah disampaikan tadi, Indonesia tidak menjadi tujuan utama mereka.

Investor asing lebih memilih Malaysia dan Vietnam. Padahal bila menengok data pengguna media sosial, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan dua negara tersebut.

Setidaknya ada lima raksasa teknologi yang mempercayakan uangnya ke Malaysia dan Vietnam, yakni Oracle, Google, AWS, ByteDance, dan Microsoft. Masing-masing dari mereka berani menggelontorkan uang hingga puluhan triliun rupiah.

(hps/fay)

Membagikan
Exit mobile version