Kamis, September 26


Jakarta

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto membenarkan, pasar mobil listrik bekas di Indonesia masih belum terbentuk. Menurutnya, hal tersebut merupakan salah satu tantangan dalam peralihan elektrifikasi di dalam negeri.

Tren mobil listrik memang baru berkembang beberapa tahun terakhir. Itulah mengapa, pemiliknya masih dalam tahap ‘bulan madu’ atau perkenalan awal. Kondisi tersebut membuat pasar bekasnya masih sepi dan berbeda jauh dibandingkan mobil bensin.

“Memang tantangan berikutnya adalah secondary market (pasar bekas). Untuk kendaraan berbasis listrik, secondary market-nya tidak ada, (apalagi) jika dibandingkan dengan ICE (Internal Combustion Engine). Jadi ini menjadi tantangan tersendiri,” ujar Airlangga di bilangan Jakarta Pusat, belum lama ini.


Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto Foto: Kemenko Perekonomian

Meski demikian, dia yakin, pasar mobil listrik di Indonesia akan terus berkembang dari tahun ke tahun. Sebab, menurut data yang dihimpun pihaknya, permintaan mobil listrik dari 2019 hingga 2024 mengalami peningkatan signifikan. Kini, atau hingga April 2024, populasi kendaraan nonemisi tersebut sudah tembus 23 ribuan unit di Tanah Air.

“Harapannya kendaraan listrik bisa terus meningkat dan mendorong kendaraan ramah lingkungan. Kebijakan transportasi hijau juga menjadi penting, terutama transportasi publik,” ungkapnya.

Sebelumnya, Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo) sempat mengurai alasan mengapa mobil listrik bekas belum banyak diminati di Indonesia. Menurut mereka, hal tersebut disebabkan pasar yang belum sepenuhnya terbentuk.

“Pasar kendaraan listrik bekas masih belum terbentuk, masih sangat (jauh). Perlu diperluas dulu lah, soalnya masih terlalu muda. Nggak mungkin Anda beli kendaraan hari ini, terus besok muncul (di dealer kendaraan bekas),” Tenggono Chuandra Phoa selaku Sekertaris Jenderal (Sekjend) Periklindo.

“Anda pakai dulu mobilnya, nikmatin dulu beberapa tahun, baru ada di pasar bekas. EV kan baru-baru ini ramainya, baru sejak 2023 lah,” tambahnya.

Mobil listrik bekas. Foto: Andhika Prasetia

Lebih jauh, Tenggono menjawab tudingan yang menyebut harga mobil listrik bekas bakal anjlok lantaran usia baterai yang menurun. Kata dia, penurunan usia baterai tak akan berjalan cepat. Bahkan, penurunan tersebut belum terasa di delapan tahun penggunaan.

“Usia baterai sebenarnya tidak terlalu menurun juga kok, ya 8-10 tahun tidak masalah. Bahkan, banyak perusahaan yang berani memberikan garansi 8 tahun. Nah, sekarang tinggal dihitung saja, nilai dari penurunan fungsi baterai itu berapa,” kata dia.

(sfn/dry)

Membagikan
Exit mobile version