Minggu, Februari 2


Jakarta

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan tidak ditemukan efek samping berat akibat vaksin COVID-19 AstraZeneca di Indonesia. Hal tersebut dia sampaikan saat rapat bersama Komisi IX DPR RI.

“Di kita (Indonesia) itu (vaksin COVID AstraZeneca) sudah tidak dipakai sejak Oktober 2022,” kata Menkes dalam rapat kerja tersebut, Selasa (21/5/2024).

Dia mengatakan kasus thrombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) sejauh ini baru ditemukan di Inggris dan Australia. Berdasarkan analisis, kata dia, orang-orang negara Barat lebih banyak terdampak KIPI TTS. Dia menyebut Asia, Afrika, dan Amerika Selatan lebih jarang terdampak KIPI.


“Kalau yang Asia, Afrika, South America lebih jarang. Kita-kita yang dapat matahari kayaknya lebih jarang kena ini. Tapi kalau yang daerah-daerah Barat lebih banyak yang terkena,” ucapnya.

Sebelumnya ramai Perusahaan farmasi AstraZeneca telah mengakui, untuk pertama kalinya dalam dokumen di pengadilan, bahwa vaksin COVID-19 buatannya dapat menyebabkan efek samping langka. Vaksin yang dikembangkan bekerja sama dengan Universitas Oxford ini didistribusikan secara global dengan berbagai merek, termasuk Covishield dan Vaxzevria.

Hal tersebut terkuak setelah seorang pria di Inggris menggugat perusaaan tersebut dalam class action karena adanya gejala parah yang dialami setelah vaksinasi. Keluarga dari penerima vaksin tersebut menyatakan bahwa efek samping vaksin AstraZeneca yang dia rasakan sangat parah.

Simak Video “Vaksin Covid-19 AstraZeneca Disebut Picu Efek Samping Langka
[Gambas:Video 20detik]
(kna/kna)

Membagikan
Exit mobile version