Minggu, Desember 22
Jakarta

Awal Desember 2023 saya berkesempatan mengunjungi beberapa kota di China termasuk Beijing yang dimulai dari Shanghai dilanjutkan ke Wuzhen, Hanzhou, Suzhou dan berakhir di Beijing. Merasakan dua musim; musim gugur di Shanghai dan musim salju di Beijing.

Perjalanan dari Suzhou ke Beijing dengan kereta cepat leluhur dari Woosh dan ditempuh selama lebih dari 5 jam. Sampai di stasiun Beijing pun sudah malam dan langsung menuju penginapan untuk beristirahat. Salju sudah mulai turun di Beijing dan menurut prakiraan cuaca, salju akan turun semakin lebat dalam beberapa hari.

Hari pertama mengeksplor Beijing dimulai dengan mengunjungi lapangan Tiananmen yang terkenal karena pernah dijadikan lokasi pusat demonstrasi besar-besaran di Beijing.


Salju turun semakin lebat membuat jalanan licin. Di beberapa jalan protokol terlihat beberapa petugas membersihkan timbunan salju dengan menebarkan garam untuk mencairkan salju yang sudah membeku.

Di seberang lapangan Tiananmen terletak istana kota terlarang (Forbidden City). Namun sayang, saya melewati kesempatan untuk masuk ke Forbidden City dikarenakan harus mendaftar secara daring sebelumnya.

Dari lapangan Tiananmen dilanjutkan ke Temple of Heaven. Di zaman Kekaisaran, Temple of Heaven digunakan untuk tempat beribadah sebagai ucapan syukur atas hasil panen. Di tempat ini wisatawan dapat menaiki kuil sampai lantai atas. Akan tetapi harus sangat berhati-hati karena tumpukan salju yang sudah membeku menjadi es yang membuat jalanan dan tangga menjadi licin.

Sore menjelang malam saya menghabiskan waktu di sekitar Wanfujing di mana terdapat beberapa pusat perbelanjaan, toko-toko dan pedagang aneka makanan di sepanjang jalan. Semakin malam kawasan Wanfujing semakin ramai walaupun salju masih turun namun tidak menyurutkan animo warga lokal dan wisatawan untuk menghabiskan waktu dan berbelanja di Wanfujing.

Hari terakhir di Beijing saya berkunjung ke tembok besar China (The Great Wall) melalui jalur Badaling. Salju turun semakin lebat dan langit pun berwarna putih. Sejauh mata memandang hanya warna putih yang terlihat.

Untuk menaiki anak tangga di tembok besar pun bagi saya terasa sulit karena licinnya jalan dan anak tangga. Sehingga jarak yang sebenarnya tidak terlalu jauh dan tidak terlalu melelahkan pada saat cuaca bersahabat menjadikan tantangan yang lumayan sulit. Beberapa kali saya mendengar orang terpeleset saat berjalan di anak tangga.

Para tentara China pun berjaga di sepanjang jalur di tembok besar China dan sigap membantu wisatawan nyaris terjatuh ataupun yang terjatuh. Pemerintah Beijing sudah melengkapi jalur pendakian dengan menyediakan tali tambang di kedua sisi tembok sepanjang anak tangga.

Namun jalur yang licin tetap saja membuat beberapa pengunjung terpeleset. Sebenarnya rute Badaling adalah rute favorit bagi para wisatawan lokal dan manca negara.

Rute yang hampir selalu penuh oleh wisatawan dikarenakan jalurnya yang cukup bersahabat. Entah karena salju yang turun sangat lebat, jalur di tembok besar tidak seluruhnya dibuka.

Para pengunjung dilarang untuk naik lebih tinggi dan dijaga oleh tentara republik China. Karena khawatir salju turun semakin lebat dan kemungkinan beberapa jalan raya utama akan ditutup karena rawan kecelakaan, saya bergegas turun dan melanjutkan perjalanan menuju bandara Beijing Internasional untuk kembali ke Jakarta.

Tantangan mengunjungi suatu kota di muslm salju adalah membawa pakaian dari mulai kepala sampai kaki yang melindungi dari dinginnya cuaca dan sepatu yang sesuai yang tidak licin saat berjalan di jalanan yang basah dan tertutup salju yang bahkan salju sudah membeku menjadi es.

Walaupun mungkin bukan waktu yang tepat untuk berkunjung ke Beijing, namun eksplor beberapa tempat di Beijing saat musim salju menjadikan pengalaman yang tidak terlupakan.

Membagikan
Exit mobile version