Senin, Oktober 21

Jakarta

Berdasarkan riset terbaru Salesforce mengungkapkan bahwa AI generatif merupakan salah satu dari tiga prioritas bisnis teratas bagi 82% eksekutif perusahaan atau C-Suite di Indonesia. Namun di sisi lain, permasalahan dalam pengelolaan data jadi penghambat pengadopsiannya oleh bisnis.

Menurut riset yang melibatkan 207 pimpinan perusahaan berskala besar yang ada di Indonesia, 50% mengatakan bahwa perusahaannya telah memiliki strategi AI generatif yang jelas, sementara 42% lainnya mengatakan bahwa mereka tengah menyusun strategi AI generatif untuk bisnisnya.

“Para CEO melirik AI sebagai solusi untuk menciptakan nilai tambah yang terukur dan dalam menjaga daya saing bisnis. Langkah pertama yang harus diambil adalah melakukan unifikasi data,” ujar Iman Muhammad, Country Leader, Indonesia, Salesforce.


Disampaikannya, berdasarkan pengalaman Salesforce berkesimpulan bahwa data yang dapat diakses dalam satu tempat sangat penting untuk meningkatkan diperolehnya manfaat positif serta tingkat akurasi dari pengimplementasian AI. Menurutnya, tanpa membangun pemahaman terhadap masing-masing pelanggan, berbagai inisiatif AI generatif yang diterapkan perusahaan akan tidak maksimal.

Lebih lanjut, dari survei ini juga terungkap perusahaan yang belum mengimplementasikan AI berpotensi kalah dalam persaingan dengan mereka yang sudah melakukannya. Gelombang perubahan penggunaan chatbot dan copilot ke penggunaan agen-agen AI otonom bisa datang lebih cepat.

Bahkan, saat ini disinyalir telah terjadi pergeseran besar menuju agentic systems. Ini terlihat dari 100% dari C-Suite di Indonesia yang menjadi responden meyakini bahwa hanya dalam waktu tiga tahun ke depan AI sudah bisa diandalkan untuk mengerjakan satu dari tiga pekerjaan seperti penulisan, memperhalus tulisan, serta bantuan untuk membereskan masalah IT karyawan sehari-hari.

Para C-Suite di Indonesia mengatakan, beberapa faktor kunci yang mendorong pengadopsian AI generatif meliputi, adanya pengalaman pelanggan serta karyawan yang inovatif kepada pasar (49%), Ekspektasi pelanggan untuk dihadirkannya pengalaman layanan yang makin cepat dan tepersonalisasi (46%), dan
Kebutuhan karyawan untuk menggunakan tools AI generatif (42%).

Para C-Suite di Indonesia sangat optimistis perihal pengintegrasian teknologi AI generatif ke dalam bisnisnya, dan mereka juga melakukan aksi nyata agar langkah ini berhasil. 25% persen responden mengatakan bahwa CEO-lah yang memegang peran paling besar dalam keberhasilan integrasi AI generatif sekaligus pemberdayaan tim, diikuti oleh CIO/CTO (23%) dan kepala-kepala departemen (17%) dalam perusahaan.

Kemudian, C-Suite juga menyampaikan bahwa IT (41%) merupakan lini bisnis yang paling terdampak dengan adanya teknologi AI generatif, melebihi dampak yang akan dirasakan oleh bagian front-office, seperti customer service (32%), pemasaran (26%), serta penjualan (18%), meskipun sebetulnya merekalah yang berhadapan langsung dengan pelanggan.

Meski penggunaannya sudah meluas, 93% dari para C-Suite percaya bahwa masih ada beberapa faktor yang menghambat pengadopsian AI generatif dalam bisnis mereka. Faktor data menempati posisi yang cukup tinggi di antara beberapa faktor yang meliputi, Aksesibilitas dan inklusivitas (36%), Pemanfaatan data pelanggan atau perusahaan yang belum cukup untuk melatih model AI (30%), Hasil atau output yang kurang akurat oleh AI generatif (30%), dan Biaya implementasi yang masih tinggi (29%)

“Kabar baiknya, inovasi mutakhir seperti zero copy sangat memungkinkan mereka untuk menerapkan unifikasi datanya tanpa harus memindah-mindahkan. Inovasi-inovasi seperti ini yang akan menjadi pembeda ekosistem yang terdiri dari agen otonom, manusia, dan AI, serta bagaimana membangun sebuah kolaborasi untuk mendorong kesuksesan pelanggan dalam skala yang mereka harapkan,” tuturnya.

Riset ini dilakukan kurun waktu 22-24 Juli 2024, Salesforce bekerja sama dengan lembaga riset YouGov dalam melaksanakan survei daring secara anonim yang melibatkan 207 pimpinan C-Suite yang mengepalai berbagai departemen di perusahaan-perusahaan besar yang memiliki sedikitnya 250 karyawan atau lebih.

(agt/agt)

Membagikan
Exit mobile version