Sabtu, Desember 14

Jakarta

Wilayah selatan China relatif lembap dan memiliki banyak air, namun sebagian besar wilayah utara mengalami kondisi yang sangat kering. Masalah ini menjadi semakin memberatkan karena sepertiga dari populasi negara itu terkonsentrasi di cekungan utara yang kering.

Solusi yang berani dan kontroversial dihadirkan dalam bentuk proyek South-North Water Transfer Project(SNWTP) atau Proyek Pengalihan Air Selatan-Utara. Ini adalah sebuah megaproyek rekayasa yang bertujuan untuk mengalihkan 44,8 miliar meter kubik air tawar dari selatan negara itu ke utara setiap tahun pada 2050.

Proyek ini konon terinspirasi oleh Mao Zedong yangkononberkata pada tahun 1952: “Wilayah Selatan memiliki banyak air dan wilayah Utara kekurangan air, jadi jika memungkinkan mengapa tidak meminjamnya?” Namun, rencana ambisius ini baru dibicarakan secara serius oleh para pemimpin China pada 1990-an ketika kemakmuran negara itu meningkat dan populasinya terus meroket.


Air tersebut diangkut hampir seluruhnya ke hilir menggunakan gaya gravitasi melalui jaringan saluran dan kanal buatan. Jaringan tersebut nantinya akan terdiri dari tiga jalur utama, Proyek Rute Barat, Proyek Rute Tengah, dan Proyek Rute Timur, yang mengalihkan air dari hulu, tengah, dan hilir Sungai Yangtze ke arah utara dan barat laut.

Dikutip dari IFL Science, air mulai mengalir melalui Rute Timur dan Tengah pada Desember 2013 dan Desember 2014, menyalurkan air segar ke beberapa bagian dataran Huang-Huai-Hai dan sekitarnya.

China memperkirakan sekitar 185 juta orang yang tinggal di puluhan kota di sepanjang kedua rute tersebut telah memperoleh manfaat dari aliran proyek tersebut. Bahkan Beijing, ibu kota dengan lebih dari 22 juta penduduk, menerimapasokan airdalam jumlah besar melalui SNWTP.

Namun, Rute Barat masih direncanakan hingga akhir 2024. Kemajuan rute tersebut telah diperlambat oleh kekhawatiran internasional bahwa berkurangnya aliran air akan berdampak pada jutaan orang di negara lain, seperti India.

Selain membuat kesal negara tetangga, proyek ini juga tidak murah. Inisiatif ini diperkirakanmenelan biayasedikitnya USD 71 miliar (sekitar Rp 1,1 Kuadriliun). Pada 2014, SNWTP dan proyek transfer air lainnyamenyumbangsekitar 1% dari PDB China, sekitar USD150 miliar.

Dampak sosialnya juga sangat besar. Menurut media China, setidaknya 440 ribu orang harus ‘dipindahkan’ dari rumah mereka di China bagian tengah untuk memberi jalan bagi tahap pertama rute timur dan tengah proyek tersebut.

Selain itu, ada masalah lingkungan yang besar, seperti yang sering terjadi pada proyek rekayasa berskala besar.Penelitian telah menunjukkan bahwa proyek tersebut telah mengurangi kualitas air di seluruh sistem sungai yang berdekatan, ditambah lagi secara signifikan mengurangi kelimpahan ikan dan kehidupan laut di perairan tersebut.

Sementara SNWTP dipandang sebagai investasi masa depan, wilayah utara yang gersang terus menghadapi kekurangan air yang parah, tanpa jaminan akan mampu bertahan dari kekeringan yang disebabkan oleh perubahan iklim.

(rns/rns)

Membagikan
Exit mobile version