Sabtu, November 16


Jakarta

Selama empat dekade terakhir, hutan hujan Amazon kehilangan banyak lahan. Penyebabnya beragam, mulai dari pembalakan liar hingga kebakaran.

Diberitakan Japan Times, Kamis (26/9/2024) luas hutan Amazon yang hilang tak tanggung-tanggung, yakni serupa gabungan luas Jerman dengan Prancis. Padahal, hutan yang membentang di sembilan negara itu sangat penting keberadaannya bagi dunia.

Hutan Amazon bukan hanya penting untuk menjadi sumber oksigen dan menjaga keanekaragaman hayati yang bermanfaat, namun juga menjadi penjaga perubahan iklim. Hutan terluas di dunia itu bisa menyerap karbon dioksida yang menghangatkan bumi.


Para ahli menyatakan salah satu kegundulan hutan itu diakibatkan oleh kebakaran. Dan, kebakaran hutan memecahkan rekor tahun ini sehingga justru melepaskan karbon dioksida dalam jumlah besar ke atmosfer.

Berbagai laporan ilmiah telah memaparkan hubungan yang mengerikan antara hilangnya hutan dan perubahan iklim serta kehancuran yang dapat terjadi pada manusia dan satwa liar.

Menurut RAISG, sebuah kolektif peneliti dan LSM mengungkapkan penggundulan hutan, terutama untuk tujuan pertambangan dan pertanian, telah menyebabkan hilangnya 12,5% tutupan tanaman Amazon dari tahun 1985 hingga 2023. Ini setara dengan hilangnya 88 juta hektare (880.000 kilometer persegi) tutupan hutan di Brasil, Bolivia, Peru, Ekuador, Kolombia, Venezuela, Guyana, Suriname, dan Guyana Prancis.

“Sejumlah besar ekosistem telah menghilang dan digantikan oleh hamparan padang rumput, ladang kedelai, atau monokultur lainnya, atau telah berubah menjadi kawah untuk penambangan emas,” kata para ahli RAISG.

“Dengan hilangnya hutan, kita melepaskan lebih banyak karbon ke atmosfer, dan ini mengganggu seluruh ekosistem yang mengatur iklim dan siklus hidrologi, yang jelas mempengaruhi suhu,” kata Sandra Rio Caceres, dari Institute of the Common Good, sebuah asosiasi Peru yang berkontribusi pada penelitian tersebut.

Layanan pemantauan atmosfer, Copernicus mengatakan bahwa kebakaran di lahan basah Amazon dan Pantanal adalah yang terburuk dalam hampir dua dekade.

Senada, jaringan ilmuwan World Weather Attribution mengatakan perubahan iklim meningkatkan risiko dan tingkat keparahan kebakaran di Amazon dan Pantanal, yang melepaskan jumlah yang besar karbon dioksida ke atmosfer.

“Panas yang tak pernah berakhir telah dikombinasikan dengan curah hujan yang rendah untuk mengubah ekosistem yang berharga ini menjadi kotak api yang sangat mudah terbakar,” kata Clair Barnes, seorang peneliti dari Imperial College London.

“Selama dunia membakar bahan bakar fosil, risiko kebakaran hutan yang dahsyat akan terus meningkat di Amazon dan Pantanal,” dia menambahkan.

Kekeringan telah menempatkan beberapa sungai Amazon pada level terendah dalam beberapa dekade, mengancam gaya hidup sekitar 47 juta orang yang tinggal di tepiannya.

“Para pemimpin Amerika Selatan harus, lebih dari sebelumnya, mengambil tindakan mendesak untuk mencegah bencana iklim yang dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak dapat diubah bagi umat manusia dan planet ini,” kata Amnesty International.

Dalam surat terbuka kepada tujuh negara Amerika Latin, Amnesty mendesak pihak berwenang untuk berbuat lebih banyak untuk meninggalkan bahan bakar fosil dan mengubah model pertanian industri. Serta melindungi wilayah masyarakat adat dan pembela lingkungan.

(sym/fem)

Membagikan
Exit mobile version