Senin, Maret 10


Jakarta

Jika kolak identik dengan pisang atau umbi-umbian, warga Gumeno di Gresik mempunyai variasi isi kolak yang unik. Mereka mencampurkan ayam sebagai isian di kuah kolak yang manis.

Tradisi ini telah dilakukan sejak ratusan tahun lalu. Kapan tradisi kolak ayam dilakukan? Bagaimana sejarahnya?

Apa Itu Tradisi Kolak Ayam?

Tradisi kolak ayam atau sanggring merupakan kegiatan bulan puasa yang digelar pada setiap malam ke-23 oleh masyarakat Desa Gumeno, Kecamatan Manyar, Gresik. Kegiatan ini dilaksanakan di Masjid Jami Sunan Dalem di Desa Gumeno.


Mengutip Skripsi berjudul Kolak Ayam Sanggring: Studi Tentang Etnomedisin di Desa Gumeno Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik (1990-2010), kolak ayam tak hanya digunakan sebagai menu buka puasa. Namun, keberlangsungan tradisi ini dipercaya masyarakat sekitar sebagai obat yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit.

Mengutip wawancara detikJatim dengan Ketua Panitia Tradisi kolak ayam di tahun 2023, Suudin, bahan kolak ayam terdiri dari gula merah, jinten, bawang daun, kelapa dan air. Pembuatannya menggunakan cara tradisional sesuai petunjuk yang ditinggalkan Sunan Ndalem. Seluruh proses pemasakan hingga penyajian kolak ayam dilakukan laki-laki.


Tradisi sanggring khas Jawa Timur ini memiliki sejarah yang panjang. Nama Sanggring berasal dari kata sang yang berarti raja/penggedhe, sementara gring berarti sakit. Perpaduan kata itu menjadi sanggring berarti raja yang sakit.

Dapat ditegaskan, nama sanggring bermakna kesembuhan dari raja yang sakit. Kolak sebetulnya adalah makanan yang akrab dengan keseharian masyarakat Jawa. Namun kolak biasanya diisi dengan umbi-umbian dan pisang, bukan ayam seperti yang dilakukan masyarakat Desa Gumeno.

Asal-usul Tradisi Kolak Ayam

Kolak ayam pertama kali dibuat pada 22 Ramadan 946 H atau 31 Januari 1540 M. Asal usulnya tak lepas dari sejarah datangnya anak sekaligus penerus Sunan Giri bernama Sunan Dalem. Namanya diabadikan menjadi Masjid Jami’ Sunan Dalem yang berdiri sejak munculnya tradisi kolak ayam.

Sunan Dalem diceritakan jatuh sakit ketika proses pembangunan masjid berlangsung. Beliau kemudian memerintahkan pengawal dan penduduk sekitar mencarikan obat untuknya.

Sebagian penduduk sudah mencari obat ke berbagai tempat, tapi tidak menemukan apa pun yang bisa menyembuhkan penyakit Sunan Dalem. Di tengah kebingungannya, Sunan Dalem mendapat petunjuk Allah SWT lewat mimpi untuk membuat sebuah makanan sebagai obat.

Keesokan harinya, Sunan Dalem memerintahkan semua penduduk membawa ayam jago berusia satu tahun beserta bahan lainnya ke masjid. Warga pun berbondong-bondong mencari ayam jago yang dimaksud.
Setelah ayam didapat dan masakan selesai dibuat, Sunan Dalem memerintahkan penduduk untuk membawa ketan yang sudah dimasak.

Peristiwa yang terjadi tepat di bulan Ramadan ini menjadi penanda dimulainya tradisi kolak ayam sebagai menu buka puasa di Masjid Sunan Dalem. Dengan izin Allah, Sunan Dalem dikisahkan sembuh dari sakitnya setelah menyantap hidangan tersebut.

(elk/row)

Membagikan
Exit mobile version