Minggu, November 24


Jakarta

Biasanya cuma pemilik kendaraan penumpang pribadi yang punya komunitas, namun apa yang unik saat bergabung dengan komunitas kendaraan komersial? Coba mencari tahu, detikOto berbincang dengan salah satu penggawa Isuzu Traga Community Indonesia (ITCI).

“Kalau saya jenuh di rumah, saya yang bawa. Saya ada anak buah,” buka Renji salah satu pengusaha logistik yang menggunakan Isuzu Traga yang tergabung dalam ITCI.

Dia menjelaskan komunitas ITCI mewadahi pengguna Traga dari berbagai daerah untuk berbagi pengalaman, dan saling mendukung dalam menjalankan profesi hingga bisnisnya.


“Biasanya kalau kita join komunitas terutama angkutan barang, terutama sudah pasti punya jaringan, silaturahmi, kalau (butuh bantuan) apa-apa (saat mengalami) trouble,” kata dia.

Tali persaudaraan sesama pengguna Traga itu pula yang sering kali hadir di waktu yang tepat. Contohnya, ketika sopir mengalami masalah di jalan, anggotanya harus cepat membantu. Ataupun mampir ke tempatnya, maka Renji akan dengan senang hati menampung, ibarat pepatah China, seribu kawan terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak.

“Kalau di mobil barang, persaudaraan lebih kental. Kita baru kenal gini, tapi satu komunitas gini. Umpamanya main ke tempat saya, tidak pandang mau dari mana, sudah (dianggap) seperti saudara,” kata dia.

“Mau jaringan muatan, ketika trouble, apa pun di jalan, anggota terdekat kita yang harus menolong. Yang pasti mencari persaudaraan juga,” jelasnya lagi.

Anggota ITCI juga bukan hanya pemilik unit Traga. Sopir yang statusnya karyawan juga diperbolehkan untuk bergabung.

“Di kita bukan hanya orang yang ada (harta), banyak yang karyawan juga yang masuk komunitas kita bantu, bukan yang punya unit. Itu kita tidak melihat statusnya dia karyawan atau owner pemilik mobil, selama yang didaftarkan, siapa pun yang bawa Traga pasti kita bantu,” jelasnya lagi.

Perjalanan sebagai pengguna sopir juga dibagikan Murtadi, sebagai pengemudi tak melulu bahagia dan pernah dianggap remeh. Padahal sadar ataupun tidak, profesi sopir juga membuat roda ekonomi berputar yang tidak hanya berkutat pada logistik yang dikirim, bahkan bisa masuk ke sendi-sendi terkecil pun.

“Kalau apa-apa, kalau pak ogah, yang dipintain malah sopir-sopir (sering) banget dimintain,” ujar Murtadi.

Ditambah persaingan saat ini terjadi karena makin banyaknya aplikasi logistik, terlebih saat tarif yang terus menurun sehingga berimbas pada pendapatannya sebagai sopir sekaligus pemilik kendaraan Traga.

“Itu yang buat kita biasanya punya pelanggan luar, harganya jadi hancur gara-gara aplikasi, itu sudah dua tahunan,” ujar dia.

Meski demikian, Murtadi percaya seperti roda kendaraan komersial, kehidupan terus berputar, kadang di bawah dan tak jarang di atas. “Alhamdulillah, pangsa pasarnya luas,” ucapnya lagi.

(riar/rgr)

Membagikan
Exit mobile version